Kekayaan intelektual daerah
BANJARMASIN – Ketika globalisasi menggilas semuanya, bukanlah kekayaan alam yang ditampilkan ke depan. Melainkan kekayaan intelektual yang harus diutamakan. Kekayaan intelektual daerah harus menjadi semangat hidup, harus menjadi kekuatan hidup dimasa mendatang.
Hal ini diungkapkan oleh Prof MP Lambut, dalam wawancara dengan Mata Banua beberapa waktu yang lalu. Dilain pihak Drs Mukhlis Maman, sependapat dengan MP Lambut. Dan Mukhlis lebih menekankan pada kebanggaan generasi muda daerah sendiri dengan budaya daerah.
Menurutnya, budaya yang sebenarnya digunakan sehari-hari terletak pada bahasa daerah. Namun seringkali generasi muda mulai gengsi menggunakan bahasa daerahnya sendiri, yaitu bahasa Banjar. Fenomena yang terlihat jelas di daerah perkotaan.
Kebanggaan menggunakan bahasa Banjar tidak akan bisa muncul pada generasi muda, apabila tidak mengetahui kekayaan bahasa daerahnya. Di sinilah peran guru di sekolah menjadi faktor penting.
Bahasa Banjar menjadi bahasa pemersatu dari beragam suku bangsa yang ada di Kalsel. Bahasa ini dipakai sebagai bahasa penghubung antar suku.Kosa kata bahasa Banjar merupakan bahasa serapan dari beragam suku bangsa tersebut. Kemudian bahasa Banjar mempunyai dealek yang beragam pula, dan terkadang pengertian kata dalam beberapa delaek turut berbeda.
Sangat sayang kekayaan bahasa Banjar tidak ditunjang oleh kaum intelektualnya dalam membuatkan sebuah buku panduan tata bahasa Banjar. Buku khusus tata bahasa Banjar yang akan menjadi pedoman, bagi pengajaran bahasa muatan lokal di sekolah-sekolah.
“Dengan tidak adanya buku acuan khusus mengenai tata bahasa Banjar, pengajaran disekolah tidak bisa maksimal dan mendalam” ujar Mukhlis pada Rabu (4/1) pagi. ara/mb05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar