Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Selasa, 07 Februari 2012

040112-rabu(kamis)-Muatan Lokal di 2012 Terjajah.doc

Photo: Prof MP Lambut

Jangan Biarkan Muatan Lokal di 2012 Terjajah

BANJARMASIN – Selama beberapa tahun semenjak otonomi daerah, perbincangan, perdebatan dan pelaksanaan muatan lokal, masih dalam area abu-abu. Terutama pada pengajaran di sekolah-sekolah.
Siapakah sebenarnya yang mempunyai peran penting dalam pengenalan dan membangun muatan lokal. Sehingga di 2012 muatan lokal dan kebudayaan lokal, menjadi tuan rumah di di tanahnya sendiri.
Menurut Prof MP Lambut, dalam wawancara dengan Mata Banua beberapa waktu yang lalu. Ia memulai perbincangan dengan pertanyaan, siapa yang mengajar muatan lokal, siapa yang merancang muatan lokal?
Seberapapun usaha pemerintah daerah dan dinas terkait, untuk meningkatkan pengajaran muatan lokal, tidak akan berjalan dengan baik. Apabila pemahaman antara pentingnya kekayaan muatan lokal dan konsep NKRI masih tidak selaras. Apalagi bila pemahaman itu tidak benar-benar dimiliki oleh pengajar yang bersangkutan.
Memahami keterkaitan antara konsep NKRI dan otonomi darah dalam muatan lokal adalah sesuatu yang sangat penting, dalam merancang pengajaran dan pengajarnya. Ketika berbicara tentang NKRI, daerah lebur dan hanya pendukung NKRI dalam kebudayaan nasional. Ketika berbicara otonomi daerah, maka sekarang daerah berkembang memperkenalkan dirinya. Tidak hanya memperkenalkan diri ditingkat nasional tapi juga di tingkat internasional.
Disinilah peran seluruh kekayaan intelektual, ketika globalisasi menggilas semuanya. Bukan kekayaan alam, tapi kekayaan intelektual daerah harus tampil kedepan. Kekayaan intelektual daerah harus menjadi semangat hidup, harus menjadi kekuatan hidup dimasa mendatang.
Yang berperan penting adalah guru. Guru jangan hanya mengajar, tapi juga bertanggung jawab. Setiap guru harus sangat waspada memperhatikan muatan lokalnya.
Dulu kita sangat kaya dan merdeka dengan muatan lokal. Sekarang dapat diliahat sejauh mana muatan lokal, dibanding kebudayan modern yang berkembang. Dapat dikatakan perkembangannya tertinggal.
Daerah masih/menjadi miskin dengan muatan lokal, atau dapat dikatakan terus tertinggal. Serta menjadi jajahan kebudayaan modern. Kalau kebudayaan modern sepuluh kali melangkah, muatan lokal hanya satu kali melangkah. Peran serta intelektual daerah dalam membangun dan memperkenalkan muatan lokal dan kebudayaan lokal di dunia internasional menjadi faktor penting.
“Kuasai bahasa orang lain, atau bahasa asing, tapi gunakan untuk memperkenalkan muatan lokal dan kebudayaan lokal kita. Kuasai kebudayaan modern tapi gunakan untuk meningkatkan kebudayaan lokal kita.
Saya ingin melihat, generasi muda keluar dari jerat penjajahan kebudayaan asing, menjadi orang Indonesia yang berakar di daerah, dimana ia lahir. Generasi yang membela daerahnya. Semoga di tahun mendatang (2012) muatan lokal dan kebudayaan lokal daerah kita menjadi tuan rumah di tanahnya sendiri” ujar Guru Besar FKIP Unlam ini. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar