Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 25 Februari 2012

080212-rabu(kamis)-PT hanya melahirkan guru sastra dr rustam.doc

Photo: Drs Rustam Effendi MPd PHd

PT di Kalsel Belum Mampu Melahirkan Kritikus Sastra


BANJARMASIN – Beberapa waktu yang lalu menjadi perdebatan yang panjang diantara para sastrawan Kalsel, mengenai pentingnya kritikus sastra. Apalagi ketika Sainul Hermawan mengatakan bahwa Kalsel krisis kritikus sastra.
Menurut Sainul beberapa waktu yang lalu. Tanpa ada kritik sastra, peningkatan kualitas sastra akan menjadi lambat. Begitu pula dengan banyaknya penulis yang berkembang dengan pesat, khususnya penulis karya sastra seperti puisi. Itu tidak menjamin akan mutu, apabila tidak ada orang-orang yang mejadi kritikusnya, karena tidak ada yang menilai sebuah karya secara akademisi.
Sedangkan para pengkritik sastra secara lisan, itu sangat banyak. Bisa saja sambil minum kopi di warung, lalu membicarakan sebuah karya sastra, mengulasnya dan mengkritisinya.
“Kritik secara lisan, tidak akan bisa secara panjang lebar dan mendetail. Yang diperlukan adalah kritik panjang secara tertulis, rasional dan memiliki dasar argumentasi yang kuat” ujarnya.
Perdebatan akhirnya mengarah kepada institusi pendidikan yang akan melahirkan kritikus sastra. Apakah kurikulum Perguruan Tinggi (PT) di Kalsel, sudah mengajarkan tentang kritik sastra? Sudah sejauh mana pengajarannya? Berapa ratus sarjana yang sudah dihasilkan selama ini?
Pada Selasa (7/2) siang, Drs Rustam Effendi MPd PHd, staf pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), ia menjelaskan.
Bahwa kurikulum PT di Kalsel, khususnya pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra, hanya untuk menjadi guru bahasa Indonesia. Belum bisa untuk menjadi kritikus sastra yang sesungguhnya.
Katakanlah ini salahnya kurikulum. Pendidikannnya ada, teorinya ada. Tapi teorinya sedikit sekali, sehingga kalau lulus (menjadi sarjana) hanya sebagai guru sastra, tidak menjadi ahli sastra.
Sekedar menilai karya sastra biasa (murid-muridnya) masih bisa saja dilakukan. Sedangkan untuk karya sastra yang lebih besar (karya sastrawan), tidak memungkinkan. Sebab analisanya terlalu dangkal.
“Sewaktu saya menjadi Dekan FKIP Unlam, saya mewajibkan mahasiswa membaca buku-buku/ karya sastra. Sehingga mahasiswa mengenal karya sastra. Dan dibawah asuhan Sainul Hermawan, mata kuliah kritik sastra secara intens diajarkan. Kemudian Dekan berikutnya di FKIP, tentu berubah kebijakan” ujarnya. ara/mb05

080212-rabu(kamis)-Kuliah Kritik Sastra dr sainul.doc

Photo: Sainul Hermawan

Hilangnya Mata Kuliah Kritik Sastra


BANJARMASIN – Sifat orang Indonesia tidak suka dikritik, terlebih lagi dengan karakter masyarakat di Kalsel. Kritik bagi orang Indonesia mungkin sangat menyakitkan atau tidak menyenangkan, warga Indonesia lebih suka dipuji daripada dikritik.
Hal ini diungkapkan oleh Sainul Hermawan, beberapa waktu yang lalu dengan Mata Banua. Menurutnya, penyebab tersebut karena orang Indonesia umumnya tidak punya kultur kritik yang baik, dengan pengertian kita tidak suka mengkritik dan tidak suka dikritik.
Kemudian dari segi pendidikan, tidak ada yang khusus mengajarkan sebagai pendidikan kritikus, tapi kritik dalam pengertian secara lisan itu banyak. Sedangkan untuk menuliskan kritik, itu memerlukan tulisan yang panjang, rasional dan memiliki dasar argumentasi yang kuat.
Terlebih mengenai kritik sastra, para sastrawan mengharapkan agar para akademisi menghasilkan orang-orang yang mampu menjadi kritikus sastra. Bagaimanapun juga ini, tergantung dari kurikulum dan kebijakan fakultas penghasil sarjana itu sendiri.
“Sekitar 2008 sd 2009 sewaktu saya masih mengajar di FKIP Universitas Lambung Mangkurat., masih ada mata kuliah yang namanya kritik sastra. Saat saya melanjutkan pendidikan di luar Kalimantan, mata kuliah tersebut diganti karena ada perubahan kurikulum” katanya.
Saat ini, nama mata kuliahnya menjadi kajian sastra. Kajian sastra itu kajian yang dibagaimana! Dari namanya saja, area pengajarannya sudah menjadi kabur atau abu-abu. Pengajarannya bisa ditarik kemana-mana dan fleksibel, sesuai dengan kemampuan pengajarnya.
Dulu ketika masih menggunakan nama kritik sastra, semuanya menjadi fokus. Sebab kritik sastra itu memang ada pakemnya, bahwa yang harus diajarkan ini dan ini, setidaknya dasar-dasar kritik sastra yang harus harus diajarkan. “Dengan hilangnya mata kuliah ini, nasib kritik sastra semakin tidak jelas” ujarnya. ara/mb05

070212-selasa(rabu)-tari topeng banjar.doc

Photo: mb/ara
TARI TOPENG – Sanggar Sanggar Seni Tradisional Ading Bastari Barikin di bawah pimpinan AW Syarbaini, tetap berusaha melestarikan tari topeng

Tari Klasik Paling Tua


BANJARMASIN – Di tanah Banjar (Kalsel) banyak mempunyai tarian klasik semenjak berdirinya kerajaan Banjar. pada tanggal 24 September 1526, sampai berakhirnya perang Banjar yakni berakhirnya pemerintahan Pegustian sebagai penerus kerajaan Banjar tahun 1905. Tapi ada satu tari klasik yang paling tua, adalah tari topeng.
Hal ini diungkapkan oleh Arsyad Indradi, beberapa waktu yang lalu. Ia adalah sastrawan Kalsel yang juga sebagai salah satu tokoh tari daerah Banjar.
Menurut Arsyad, tarian klasik yang hidup subur dalam keraton Kerajaan Banjar seperti tari Radap Rahayu, Baksa Kembang, Baksa Dadap, Baksa Lilin, Baksa Panah dan lain-lain.
Tarian ini masing-masing mempunyai fungsi, misalnya Tari Radap Rahayu berfungsi dalam acara sakral yaitu menapungtawari penobatan raja atau pembesar kerajaan. Dan Tari Baksa Kembang untuk penyambutan tamu agung dari kerajaan lain.
Setelah berakhirnya kerajaan, lambat laun tarian-tarian ini mulai tenggelam. Tarian yang masih betahan hidup di tengah masyarakat Banjar adalah Tari Radap Rahayu dan Baksa Kembang.
Sedangkan tarian klasik yang paling tua yang tersisa dan masih ada, yaitu Tari Topeng. Tari ini dilestarikan di sebuah Desa bernama Barikin, dalam wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Mastaliah, tokoh tua dari penari topeng di sana yang masih hidup hingga sekarang. Mastaliah dilahirkan pada 1 Februari 1895.
Sanggar Seni Tradisional Ading Bastari Barikin di bawah pimpinan AW Syarbaini, tetap berusaha melestarikan tari topeng. Seni karawitan di Barikin sudah ada sejak 1410 yang dibawa oleh seorang Datu bergelar Datu Taruna, tari topeng sekitar 1425 dan wayang kulit sekitar 1438.
Topeng Barikin ini ada beberapa jenis, lagu pengiring dan fungsinya. Ada yang berfungsi untuk memberi selamat dalam acara sakral Manyanggar Banua, dalam acara hajatan dan juga pagelaran berupa hiburan baik dalam perayaan hari-hari besar nasional, daerah mau pun acara perkawinan.
Jenis Tari Topeng Barikin dan lagu pengiringnya, yaitu Panambi lagunya panambi, Pamindu lagunya pamindu, Gunung Sari lagunya gunung sari, Patih lagunya patih, Timanggung lagunya timanggung, Panji lagunya wani wani, dan Lambang sari lagunya lambang sari.
Pengiring tarian ini diiring tetabuhan seperangkat karawitan. Seiring dengan tarian-tarian Topeng ini, karawitan Barikin berfungsi juga sebagai pengiring pertunjukan wayang kulit.
“Seni Budaya Banjar harus terus dilestarikan dengan kerja nyata, seperti yang dilakukan Sanggar Seni Tradisional Ading Bastari, bukan hanya sekedar semboyan atau omongan belaka atau diperlukan manakala ada kepentingan lain atau hanya sesaat” ujar Arsyad. ara/mb05

070212-selasa(rabu)-sastra digital dari jamal TS.doc

Photo: Jamal T Suryanata

Era Sastra Digital


BANJARMASIN – Perkembangan sastra Indonesia modern semenjak paro kedua dekade 90-an, tidak lagi hanya terbatas pada cetak saja (buku dan media massa cetak). Tetapi telah memasuki babak baru yang disebut Era Sastra Digital.
Hal ini diungkapkan oleh Jamal T Suryanata, beberapa waktu yang lalu kepada Mata Banua. Menurut sastrawan Kalsel ini, sastra digital merupakan sistem publikasi karya sastra secara online melalui berbagai situs internet.
Disamping dalam bentuk website pribadi, mulai populernya era baru ini setelah diluncurkannya Cybersastra com atau Cybersastra net, yang beroperasi sejak 28 April 1999. Sebagai media alternatif baru, ruang publikasi sastra online ini bersifat sangat akomodatif egaliter, dan bebas.
Di sisi lain, kebebasan sastra online menyebabkannya kurang selektif terhadap karya sastra. Karya sastra yang dipublikasikan banyak yang tanpa melalui proses seleksi, sebagaimana karya sastra yang dipublikasikan melalui media massa cetak konvensional. Karena kebebasan dalam sastra online sepenuhnya hak prerogative para penulisnya.
Dengan karakteristiknya yang demikian, berbagai ragam karya sastra (puisi, fiksi, drama, esai, kritik sastra, dan genre sastra lama) dapat ditampung. Termasuk yang secara kualitatif sering dituding pihak tertentu sebagai karya-karya sampah. Hal ini disebabkan, para penulis pemula yang baru belajar menulis satu – dua puisi pun tidak dilarang untuk mempublikasikan karya-karya percobaannya.
“Namun demikian, seberapapun kelemahan yang ada dalam sastra online ini, dalam jagat sastra di tanah air, harus dihargai dan dicatat dalam bentangan sejarah sastra Indonesia” ujar Jamal. ara/mb05

060212-senin(selasa)-Kuntau Sebagai Warisan Budaya.doc

Photo: mb/ara
WARISAN – Kuntau sebagai warisan budaya harus lebih diperkenalkan dikalangan pelajar

Kuntau Sebagai Warisan Budaya Daerah


BANJARMASIN – Kuntau adalah warisan budaya daerah yang harus dilestarikan. Kuntau merupakan seni beladiri tradisional Banjar. Secara umum dan nasional, seni beladiri Kuntau adalah salah satu cabang aliran seni beladiri yang termasuk dalam organisasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI). Organisasi ini bertanggung jawab penuh terhadap pelestarian seni silat Indonesia.
Menurut Drs H Widharta Rahman, sekertaris IPSI Kalsel pada Sabtu (4/2) siang, keberadaan kuntau sebagai warisan budaya daerah sangat penting untuk dilestarikan. Ia mengakui bahwa keberadaan kuntau di Banjarmasin sangat sedikit dan tidak terlalu dikembangkan lagi.
“Hal ini dikarenakan, di Banjarmasin hanya fokus kepada silat itu sendiri. Sebab silat lebih banyak dimunculkan dalam pertandingan, baik tingkat pelajar maupun tingkat dewasa. Sedikit yang benar-benar bertujuan untuk melestarikan kuntaunya” katanya.
Widharta mengharapakan pelestarian kuntau dapat dillakukan di sekolah-sekolah dan dapat masuk sebagai mata pelajaran muatan lokal, sehingga bisa lebih fokus.
Di lain pihak, Edhi S Mukaffa SAg, guru agama SMPN 4 Banjarbaru yang juga sebagai pelatih seni beladiri di sekolah tersebut, mengungkapkan dengan Mata Banua.
Seiring perkembangan zaman dan semakin banyaknya seni beladiri dari negara lain berkembang di bumi Lambung Mangkurat, seni beladiri kuntau namanya semakin tergeser.
Dalam mengenalkan seni beladiri tradisional di SMPN 4, Edhi tidak sendiri. Tetapi dibantu oleh dua rekannya sesama pesilat yaitu Alex dan Bain yang lebih khusus pada seni beladiri tradisional Banjar.
“Walaupun hanya dasar-dasar Kuntau yang di kenalkan, paling tidak anak-anak mengenal sejak dini dengan seni beladiri tradisional daerahnya” ujar Edhi. ara/mb05


060212-senin(selasa)-Kuntau Dijadikan Event.doc

Photo: mb/ara
KUNTAU – Memperkenalakan kuntau dalam pementasan teater, seperti yang dilakukan Posko La Bastari Kandangan

Kuntau Dijadikan Event Festifal Tahunan se Kalsel


BANJARMASIN – Sampai saat ini event kuntau hanya dilestarikan oleh beberapa daerah tertentu di Kalsel, khususnya di Hulu Sungai Utara yang mencakup Banua Lima. Kuntau belum menjadi event provinsi.
Hal inilah yang mendorong Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) di Kalsel, ingin lebih melestarikan kuntau di kalangan pelajar sebagai generasi pewaris budaya daerah. Serta membuat sebuah event tahunan festival kuntau se Kalsel, ungkap Drs H Widharta Rahman, sekertaris IPSI Kalsel pada Sabtu (4/2) siang, kepada Mata Banua.
“Event kuntau ini akan kami tingkatkan pelaksanaannya setiap tahun se Kalsel, saat ini masih kami kordinasikan dengan instansi terkait seperti Dinas Pariwisata dan Olahraga, karena kuntau ini juga mempunyai unsur budayanya. Mudah-mudahan di 2012 ini bisa dilaksanakan” katanya.
Ia juga mengharapakan partisipasi Taman Budaya (TB) Kalsel untuk turut melestarikan kuntau. Pada masa kepemimpinan Drs H Syarifuddin R (1995 – 1998), sebagai kepala TB Kalsel, pernah menyelenggarakan festival kuntau di TB.
Di lain pihak, menurut Syarifuddin pada Minggu (5/2) sore. Untuk mengenalkan kuntau sebagai warisan budaya daerah, juga menjadi tanggung jawab seniman. Seperti kreatifitas seniman dalam memadukan adegan perkelahian dalam pertunjukan teater. “Ini akan sangat menarik untuk disaksikan” ujarnya.
Dari pantauan Mata Banua, baru-baru ini yang menampilkan kuntau dalam teater dilakukan oleh Posko La Bastari Kandangan dalam pagelaran Mamanda Tubau. Yaitu pada pagelaran Festival Kesenian Daerah Banjar (FKDB), pertengahan Desember 2011 yang lalu, di Gedung Balairung Sari TB Kalsel. ara/mb05


050212-Obat Tradisional Tertusuk Duri

Getah Pepaya Untuk Tertusuk Duri


Luka yang diakibatkan tertusuk duri, sangat tidak mengenakkan. Terkadang luka tertusuk duri bisa menyebabkan nyeri dan bengkak apabila tidak segera diobati.
Menurut Drs H Syarifuddin R, pengobatan tradisional Banjar untuk luka tertusuk duri, yaitu dapat dilakukan dnegan menggunakan getah papaya (kustila). Cara pengobatannya, duri yang menempel segera diambil atau dicabut bila masih ada. Bagian yang tertusuk duri dibersihkan dengan air hangat. Lalu oleskan getah papaya pada bagian yang tertusuk duri.
Sebagian masyarakat Banjar, ada pula yang mengobati luka tertusuk duri dengan mengoleskan kapur sirih pada bagian yang tertusuk. ara/mb07

050212-Obat Tradisional Disengat Ulat Bulu


Pengobatan Tradisional Untuk Disengat Ulat Bulu

Beberapa waktu ini, sebagian wilayah di Indonesia menjadi ramai dengan banyaknya ulat bulu yang menyerang perkampungan warga. Yang tentunya apabila tersentuh ulat bulu, menyebabkan gatal-gatal pada kulit.
            Menurut Drs Syarifuddin R, secara tradisional Banjar mempunyai pengobatan untuk gatal-gatal akibat ulat bulu, yaitu menggunakan kunyit atau kunir yang dalam bahasa Banjar disebut Janar.
Cara mengolah obatnya, kunyit diparut atau ditumbuk sampai halus, lalu dicampur kapur sirih. Kemudian dibungkus daun pisang, yang kemudian dipanaskan diatas api dapur, seperti halnya memepes ikan (mamais iwak). Selanjutnya ramuan tadi ditempelkan pada bagian kulit yang gatal akibat tersentuh ulat bulu.
Cara yang lain ada pula dengan meneteskan cairan lilin pada bagian yang gatal akibat tersentuh ulat bulu.
Kedua cara ini, dapat menyerap racun/ bisa yang ditinggalkan oleh ulat bulu pada kulit. ara/mb07

030212-Obat Tradisional Luka Lecet Dan Memar

Pengobatan Tradisional Pada Luka Lecet Dan Memar


Menurut Drs H Syarifuddin R, pengobatan tradisional Banjar untuk luka lecet dan memar, ada beberapa cara yaitu:
Luka lecet dalam bahasa Banjar disebut lingsak, baik karena disebabkan terserempet kendaraan bermotor, tergesek dengan benda keras ataupun karena sebab lainnya.
Bahan ramuan obatnya dengan mengusapkan buih yang keluar dari kayu pohon karet (pohon para) yang dibakar. Kayu pohon karet yang agak basah, apabila dibakar akan mengeluarkan buih yang banyak.
Luka memar dalam bahasa Banjar disebut mamar. Gejalanya terdapat warna merah kebiruan, akibat terkena pukulan atau benturan dengan benda keras, maupun akibat terhempas. Luka memar dapat diobati dengan menggunakan daging kelapa muda.
Cara pengolahan obatnya, daging kelapa muda diparut dan dibubuhi dengan sedikit cuka. Lalu tempelkan obat ini pada luka memar dan dibalut dengan kain. Lakukan pengobatan hingga beberapa kali, sampai sembuh. ara/mb07

030212-Obat Tradisional Luka Bakar

Mengobati Luka Bakar Secara Tradisional


Luka Bakar yang dalam bahasa Banjar di sebut luyuh, dalam pengobatan tradisional Banjar dapat diobati dengan beberapa cara. Menurut Drs H Syarifuddin R cara mengobatinya yaitu:
Cara pertama, menggunakan ramuan daun lowa yang hidup secara liar. Pengolahan obatnya, pucuk daun lowa dihaluskan (dipirik) hingga lumat. Lalu oleskan pada bagian yang terkena luka bakar. Sisa obat yang dibuat dapat digunakan kembali dan agar tidak lekas kering, disimpan di tempat yang dingin.
Cara ke dua, menggunakan dahan kelapa yang kering (hundayang/ bandayang nyiur). Pengolahan obatnya, dahan kelapa yang kering di potong-potong seperti kayu bakar. Kemudian di bakar dan abunya dikumpulkan. Lalu abunya ini, ditaburkan pada bagian yang terkena luka bakar.
Cara ke tiga, menggunakan telor ayam. Pengolahan obatnya, kuning telur dikocok sampai rata. Lalu dioleskan pada bagian yang terkena luka bakar.
Kemudian agar luka bakar tidak meninggalkan bekas yang hitam, diobati pula dengan ramuan daun turi. Caranya, daun turi muda ditumbuk sampai lumat hingga mengeluarkan cairan, lalu oleskan dengan merata pada luka bakar. Lakukan hal ini beberapa kali. ara/mb07

020212-kamis(jumat)-Sastra Islami Tidak Khusus Lagi dr tajuddin (Dm.040212).doc

Photo: Tajuddin Noor Ganie MPd

Karya Sastra Islami Tidak Khusus Lagi


BANJARMASIN – Kegiatan penulisan karya sastra Islam, sudah dimulai sejak zaman raja-raja dahulu, dan terus berlanjut hingga sekarang ini (zaman gubernur-gubernur.
Hal ini diungkapkan oleh Tajuddin Noor Ganie MPd, beberapa waktu yang lalu. Menurutnya, walaupun penulisan karya sastra Islami di Kalsel telah berlangsung lama hingga sekarang, tapi mempunyai perbedaan trend penulisan.
Pada 1980 sd 1989 penulisan karya sastra Islami, merupakan suatu gerakan trend puisi sufistik yang menggejala. Penulisan yang didasarkan pada wawasan estitik karya sastra sezaman. Yaitu benar-benar mengkhususkan diri dalam karya sufistik.
Sedangkan sekarang, hanya berdasarkan suasana hati masing-masing sastrawannya. Jelas terlihat setelah 1989, para sastrawan tidak ada yang mengkhususkan diri hanya menulis karya sastra Islami saja. Karya sastra Islami menjadi bisa ditulis siapa saja. Tidak mesti ditulis oleh seorang sastrawan yang mengkhususkan diri sebagai penulis karya sastra Islami, seperti sufistik, profetik dll.
Fakta menunjukkan, semua sastrawan mempunyai potensi untuk menulis karya sastra Islami. Termasuk sastrawan yang terbiasa mengolah tema-tema umum yang sekular sekalipun, yaitu tergantung pada suasana hatinya saja.
“Karena semua sastrawan mempunyai peluang yang sama, untuk tergugah atau terinspirasi dengan sesuatu yang bersifat Islami” katanya.
Dalam salah satu tulisan H Bachtar Suryani (almarhum), menyimpulkan bahwa kegiatan menulis karya sastra adalah kegiatan yang dibolehkan oleh ajaran agama Islam, dengan syarat:
Mendorong terjadinya peningkatan ketauhidan, keimanan, dan ketaqwaan kepada Allah. Memberikan motivasi dan daya pacu ke arah karya nyata dan perilaku kebajikan, amal saleh, dan upaya membebaskan diri dari kebodohan serta kemelaratan. Mempertautkan ingatan kepada Allah. Membela kepentingan agama. Kemudian menciptakan kemaslahatan dan kasih sayang sesama umat, dalam menciptakan perdamaian seisi alam dan lingkungan.
“Kreteria Bachtar ini, boleh jadi dapat dijadikan sebagai kreteria untuk menetapkan karya sastra yang Islami dan bukan Islami” ujar Tajuddin. ara/mb05

020212-kamis(jumat)-Perpanjangan Sastra Lama dr Alwy.doc

Photo: Ahmad Syubbanuddin Alwy

Masih Perpanjangan Gaya Sastra Lama


BANJARMASIN – Para sastrawan terus-menerus berusaha merumuskan bentuk-bentuk eksplorasi. Suatu rumusan yang akan menghadirkan adanya tesis, sintesis, hipotesis, hingga antesis.
Hal ini diungkapkan oleh Ahmad Syubbanuddin Alwy penyair Jawa Barat, yang pernah datang sebagai pembicara dalam Aruh Sastra VIII di Barabai, tahun yang lalu.
Menurut Alwi, usaha tersebut agar karya sastra bukan sekedar gagasan yang hanya menuliskan proses daur ulang dalam pencitraan karya-karya sastra yang dituliskan dalam periode penciptaan sebelumnya.
Namun, pada kenyataannya para pembaca tidak menemukan adanya eksplorasi sekaligus transformasi. Sesuatu yang akan mengukuhkan kreativitas pengarang dalam menuliskan proses reinterprestasi teks-teks sastra, yang mencerahkan publik pembaca.
Karya sastra lebih dominan menjadi bagian dari bentuk penulisan sastra, yang berlangsung sebagai teks-teks linear dan tidak menawarkan ispirasi dan memotivasi apapun. Sastra dan karya sastra, semata menjadi mata rantai perpanjangan sebentuk gagasan karya sastra generasi pengarang terdahulu.
Seperti puisi-puisi yang ditulis Amir Hamzah, yang sangat ketat dalam suasana dan ritme pantun, yang masih memiliki pengaruh yang kuat dalam tradisi kepenyairan mutakhir.
Demikian seterusnya, puisi-puisi cemerlang Chairil Anwar yang hampir memberi inspirasi sangat melimpah dalam kepenyairan saat ini.
“Tidak mengherankan, jika kanon-kanon karya sastra Indonesia dari sastrawan generasi terdahulu, masih meninggalkan jejak dihalaman karya sastra mutakhir yang mengukuhkan adanya cetak biru dalam rangka genealogi kesusastraan kita hari ini” ujar Alwi. ara/mb05

010212-rabu(kamis)-Terbiasa Dengan Realisme.doc

Teater di Banjarmasin Terbiasa Dengan Realisme


BANJARMASIN – Sekian banyak penampilan sanggar-sanggar teater modern di Banjarmasin, telah terbiasa dengan teater realis. Baik yang ditampilkan sanggar teater umum, mahasiswa maupun pelajar. Ketika masyarakat teater di Banjarmasin disuguhkan pementasan surealis, hampir semuanya mengerutkan dahi.
Beberapa waktu yang lalu Edisutardi, pernah menuturkan mengenai pengertian antara teater realis dengan surealis. Edi adalah dramawan yang pernah berkiprah di Banjarmasin, yang juga pernah menjadi dosen seni drama di Sendratasik FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Menurutnya, teater realistis adalah menggambarkan kehidupan nyata. Tapi pengarang juga tidak boleh mengarang-ngarang cerita. Melainkan harus membuka mata dan pikiran baik-baik, untuk mengamati suatu segi kehidupan yang dipilih dengan teleti sebagai jalan cerita. Kemudian menggambarkannya apa adanya di dalam karya.
Sedangkan teater surealis atau lebih dikenal dengan ekspresionisme, aliran teater yang lebih menekankan unsur subyektif sang seniman di dalam menafsirkan kenyataan atau persoalan tertentu yang dijadikan alur cerita.
Dalam surealis, menggambarkan kenyataan tidaklah cukup. Kenyataan dalam kehidupan harus dilihat dalam hubungannya dengan proses sejarah masyarakat manusia. Misal menggambarkan kemiskinan, maka tidak cukup hanya kemiskinannya saja, tapi harus didalami lagi apa yang menimbulkan kemiskinan tersebut.
Ada lagi aliran teatralisme, yaitu aliran teater yang menggambarkan kenyataan falsafi dari setiap gambaran kenyataan. Jadi menggambarkan kenyataan saja belum cukup, harus ada kaitannya dengan pengertian filsafat hidup.
“Pilihan dalam berkarya menunjukkan seberapa dalam seseorang mengartikan kehidupan itu sendiri” katanya.
Pementasan pementasan Teater Api Indonesia (TAI) dari Surabaya di gedung Balairung Sari Taman Budaya (TB) Kalsel, pada Jumat (20/1) malam yang lalu, telah memberikan wawasan dan warna bagi teater di Banjarmasin.
Dalam hal ini, seusai pementasan TAI, kepala TB Kalsel Drs Noor Hidayat Sultan berpesan agar menjadi catatan bersama, bagaimana komonitas teater tetap konsisten berkarya, serta memberikan inspirasi dan inovasi dalam berkarya. “Mengambil pelajaran dari pementasan lain, sehinga bisa berkembang lebih baik lagi” ujarnya. ara/mb05

010212-rabu(kamis)-Kadisdik Berharap peran orang tua siswa.doc

Photo: Hesly Junianto

Kadisdik Berharap Orang Tua Siswa Aktif Dalam Komite Sekolah


BANJARMASIN – Peranan komite disekolah harus ditingkatkan, seperti dalam rapat-rapat tidak hanya pengurusnya yang hadir, tapi orang tuanya juga harus hadir. Sehingga orang tua tidak hanya protes dengan hasil rapat komite, tapi tidak hadir dalam rapat.
Hal ini diungkapkan oleh Hesly Junianto, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Banjarmasin yang baru dilantik menggantikan Muhammad Amin MT, beberapa waktu yang lalu.
Dalam perbincangan Mata Banua pada akhir Januari, Kamis (26/1) siang, dengan Hesly diruang kerjanya yang baru di Disdik Kota Banjarmasin. Ia menekankan peran orang tua dalam mensukseskan Ujian Nasional (UN), serta meningkatkan kualitas mutu pendidikan sekolah.
Menurut Hesly, suksesnya UN dan kualitas mutu pendidikan sekolah tidak hanya tergantung dari kepala sekolah (Kepsek) serta guru-guru di sekolah. Yang tidak kalah penting adalah peranan orang tua, karena bila hanya menyerahkan dengan guru, tentunya terbatas.
Orang tua harus lebih mengawasi anaknya, kapan harus belajar, kapan harus bermain dll. Peran serta orang tua inilah yang dimotivasi, salah satu cara memotivasi adalah melalui komite sekolah. Ini dapat dilihat seberapa besar kehadiran orang tua siswa dalam rapat komite, yang kemudian menghasilkan keputusan dan kesepakan bersama.
Terkait mengenai program kerjanya sebagai Kadisdik, ia mengatakan akan melakukan konsulidasi internal dulu. Lalu menyusun program untuk mensukseskan UN, serta melakukan persiapan-persiapan UN.
Melakukan peninjauan-peninjauan sekolah dan mengawasi uji coba UN yang telah dilakukan beberapa sekolah. Selanjutnya meneruskan program Disdik yang telah ada, seperti membantu sarana dan prasarana sekolah yang telah dijadwalkan pada tahun ini (2012). Khusus mengenai Kepsek, ia akan meningkatkan kemampuan manajerial Kepsek dalam mengelola dana BOS.
Selebihnya Hesly mengatakan “saya masih baru di sini (Disdik), jadi banyak hal yang masih belum diketahui” ujarnya. ara/mb05

310112-selasa(rabu)-Tanah Suku Pedalaman.TAI5.doc

Adakah Harapan Tanah Suku Pedalaman


BANJARMASIN – Desa atau kampung adalah sebuah tempat istimewa, indah bagi orang kota. Berbagai model outbound diprogamkan untuk melakukan aktivitas, mengalihkan rutinitas terhimpit kesibukan yang penuh dengan topeng kepalsuan. Perilaku orang desa yang lugu dan polos, jauh dari sikap hipokrit, menjadi tontonan.
Bagaimana gambaran paradoks kehidupan orang kota, harapan yang hilang dari orang tua di desa, serta ekspansi kapitalisme dan kolonialisme tanah-tanah desa, di mata seniman.
Pementasan Teater Api Indonesia (TAI) dari Surabaya di gedung Balairung Sari Taman Budaya Kalsel, memang sudah berlalu beberapa waktu yang lalu, yaitu pada Jumat (20/1) malam.
Menanggapi permasalahan orang kota dan ekspansi tanah desa, Luhur Kayungga yang juga sebagai sutradara dan salah satu aktor dari lakon Brongkos, menuturkan pemikiran Slamet Hendro Kusumo, dari kota wisata Batu.
Orang-orang tua desa yang menyekolahkan anaknya di kota, hingga sarjana. Berharap agar anak tersebut bisa melanjutkan kelangsungan kultural desa. Tapi anak-anak ini telah mengalami perpindahan pola pikir dan mutasi selera hidup.
Desa ditinggalkan anak-anak harapan, lahan-lahan terlantar karena orang-orang tua yang tersisa, tak mampu menggerakkan tulang tuanya. Kefrustasian itu berlangsung pada penjualan lahan. Seiring drama sedih perpindahan dan penguasaan lahan warisan kultural, eksistensi mitologi, legenda bahkan situs purbakala menjadi tidak terlacak.
Kalaupun ada festival mengangkat tema tersebut, tidak lebih hanya sebagai tontonan kewajiban rutin, bukan kebutuhan ritual. Hanya untuk memenuhi tuntutan proyek penguasa. Tidak ada kaitannya dengan perjalanan spiritual pada kearifan lokal. Oleh karena itu struktur dalam menjaga cagar budaya tidak terbentuk.
Pastinya banyak kepentingan terselubung, melakukan permainan untuk interest pribadi maupun kelompok. Missal makam jadi mall, punden jadi pos hansip. Lingkungan tanpa sadar digiring pada kepentingan fungsi, bukan ekologis.
Cerita penguasaan tanah adat, menjadi modus operandi untuk memperluas kekuasaan capital, jauh dari sikap populis maupun moral. Kapitalisme dan kolonialisme telah melakukan metamorfosis. Bentuk dari tindakannya jauh lebih halus. Semua ruang disiplin telah dimasuki, hingga ruang kebudayaan.
Dan situasi ini dianggap cara bijak dan kompromis. Apakah pakai topeng pariwisata, kesejahteraan masyarakat, pembudidayaan, tetap saja masyarakat sebagai obyek. Situasi yang merasuk hingga pelosok terpencil sudut negeri, merampas ekologi suku pedalaman.
Pertanyaannya, masih adakah sisa ruang yang dapat dipertahankan, desa maupun kampung, ataupun tanah suku pedalaman, dengan konsep yang humanis? Diperlukan relawan dan siap jadi wadal, sebab sikap itu akan membuat ketidaknyamanan penguasa.
“Hal inilah yang mendasari perjalanan pentas keliling TAI, dengan harapan regulasi adat lebih dihormati. Ketimbang regulasi nasional, yang tidak berpihak pada masyarakat” ujar Luhur Kayungga. ara/mb05

310112-selasa(rabu)-Dunia Teater Telah Kehilangan Makna.TAI4.doc

Dunia Teater Telah Kehilangan Makna


BANJARMASIN – Ada suatu sinyalemen bahwasanya perkembangan teater Indonesia sekarang, hanya berasyik-masyuk dan berkumpar-kumpar dalam dunianya sendiri. Sehingga amat beralasan apabila ada yang menyatakan, bahwa kehidupan teater sekarang stagnan.
Pementasan Teater Api Indonesia (TAI) dari Surabaya di gedung Balairung Sari Taman Budaya Kalsel, memang sudah berlalu beberapa waktu yang lalu, yaitu pada Jumat (20/1) malam.
Tapi masih banyak persoalan seni teater dewasa ini, yang ingin disampaikan TAI. Berawal dari persoalan yang bisa menjadi pelajaran untuk seni teater di Kalsel. Luhur Kayungga, sutradara dan salah satu aktor dari lakon Brongkos. Seusai pementasan malam tersebut, ia menceritakan pandangan Sabroto D Malioboro, Ketua Umum Dewan Kesenian Surabaya, terhadap perkembangan seni teater.
Dalam penggambaran stagnannya kehidupan teater ini, yang menjadi tokoh cerita adalah TAI. Walau sebenarnya adalah dunia teater secara umum yang ada di Indonesia.
TAI dibentuk pada 1993, setelah 2005, TAI turut mengalami kevakuman. Selama 5 tahun TAI tidur panjang. Hingga pada 2010 TAI berusaha kemabali terjaga, dengan harapan untuk menjawab sinyalemen perkembangan teater di Indonesia.
Permasalahan utama timbulnya kemandegan, tak lain adalah sulitnya kelompok teater menemukan pemikiran yang kuat untuk melandasi kerja kreatifnya. Oleh sebab itu, dalam tahun-tahun terakhir, ada indikasi terhentinya teory, metode maupun filosofi teater di Indonesia.
Karena terbelenggu oleh eksklusivitas yang sempit, lantaran berjarak dengan realita sekelilingnya. Sehingga tidak adanya pencapaian artistik yang berarti, maka apa yang dilakukan hanya menjadi epigon.
Saat dunia teater dewasa ini hanya menyuguhkan garapan realis yang semakin kehilangan makna, maka pilihannya adalah dalam surealis. Menurut Luhur Kayungga, TAI kemudian melalokan metamorfosis garapan, yaitu melakukan pergeseran konsep. Dari bahasa verbal ke bahasa tubuh. Sedangkan dialog-dialog yang dilontarkan hanya bersifat aksentuatif.
“Pementasan TAI adalah untuk pemahaman, dan mengolah perasaan. Menghidupkan makna dalam realitas” ujarnya. ara/mb05

300112-Obat Tradisional Luka Iris

Pucuk Daun Pisang Untuk Luka Iris


Luka iris, yang dalam bahasa Banjarnya disebut luka tasayat atau tahiris, yang disebabkan terkena pisau atau sembilu.
Berdasarkan penelitian Drs Syarifuddin R, dalam pengobatan tradisional Banjar untuk luka iris, yaitu:
Menggunakan pucuk daun pisang yang masih kuncup. Cara pengolahan obatnya, potong beberapa cm, pucuk-pucuk daun pisang yang masih kuncup tadi. Lalu dikunyah hingga lumat.
Daun pisang yang telah lumat ini, dioleskan pada bagian luka, kemudian dibalut dengan kain bersih. Lakukan pengobatan ini beberapa kali hingga luka sembuh dan kering. ara/mb07

300112-Obat Tradisional Digigit Buntal

Obat Luka Untuk Gigitan Buntal


Digigit buntal (sejenis ikan pemakan daging). Buntal banyak terdapat di sungai-sungai Kalimantan, yang sering menggigit penduduk yang sedang mandi di sugai.
Berdasarkan penelitian Drs Syarifuddin R, dalam pengobatan tradisional Banjar untuk luka digigit buntal, yaitu:
Cara pertama dengan menggunakan buih atau getah keladi lumbu (sejenis tumbuhan talas yang tidak berumbi dan tidak bisa dimakan). Cara pengobatannya, potong batang keladi di dekat pangkal akar. Tekan atau urut batang keladi yang telah dipotong tadi hingga mengeluarkan buih (getah). Lalu buih ini, langsung dioleskan pada mata luka yang terkena gigitan.
Cara kedua dengan menggunakan bulu kucing yang dicampur dengan kopi rabuk (kopi bubuk yang diolah secara tradisional). Cara pengobatannya, masukkan kedua bahan ini pada bagian mata luka yang terkena gigitan. ara/mb07

290112-minggu(senen)-sinergisitas BEM.doc

Program BEM Harus Dapat Membina Mahasiswa


BANJARMASIN – Karakter manusia tidak mungkin dapat diperoleh dengan tiba-tiba, tapi harus diasah. Antara lain diasah melalui organisasi kemahasiswaan, yang program-programnya sungguh-sungguh dapat membina karakter mahasiswa. Maka secara perlahan krisis kepemimpinan dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), akan teratasi.
Hal ini diungkapkan Pembantu Rektor (Purek) III Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Prof Dr Ir H Idiannor Mahyuddin MSi, beberapa waktu yang lalu kepada Mata Banua. Mengenai pentingnya keorganisasian mahasiswa di dalam kampus.
Dalam perbincangan via telepon dengan M Pazri, Presiden Mahasiswa (Presma) Unlam periode 2012, pada pertengahan Januari yang lalu, ia mengatakan akan menyusun program kerja BEM yang benar-benar menyentuh mahasiswa.
Untuk mengatasi krisis kepemimpinan mahasiswa, salah satu caranya dengan membuat training organisasi yang menawarkan konsep baru. Baik konsep dari segi pendidikan karakter, moral, dan etikanya. Serta menekankan keteladanan dari para organisator.
“Jangan sampai ketua BEM, UKM, dan Hima, malah memberi teladan yang salah, baik diri segi manajemen dll. Teladan yang salah membuat mahasiswa enggan berorganisasi” katanya.
Selanjutnya BEM Unlam perode kepengurusan 2012, akan melakukan pengimbangan kegiatan yang sifatnya rame-rame, lebih kepada kegiatan ilmiah, pekan ilmiah, dan yang utama kewirausahaan.
Dengan kata lain, membuat program yang tidak muluk-muluk, mencari hal-hal yang realistis, menggenjot lebih kepada akademik dan prestasi. Ini yang akan digodok lebih mendalam lagi.
Merapikan dan merapatkan keadaan internal keorganisasian menjadi pondasi sinergisitas semua BEM Fakultas yang ada di Unlam dan BEM Unlam itu sendiri. Ada 10 Bem Fakultas di Unlam, sama-sama membangun terkait kebijakan di dalam dan di luar kampus.
Sinergisitas dan efektivitas semua keorganisasian mahasiswa yang ada di kampus Unlam, akan disusun ulang. Sehingga tidak ada lagi kata-kata atau pendapat bahwa - Tanpa Ketua BEM sekalipun, kegiatan organisasi Unlam bisa berjalan.
Karena saat ini, posisi BEM unlam dengan UKM dan Hima setara. Maka tanpa BEM Fakultas atau Universitas sekalipun, organisasi lain bisa dengan mudahnya mendapatkan dana ke rektorat.
“Kedepan kami akan merumuskan suatu peraturan organisasi yang berjenjang dan terkait, missal apabila UKM dan HIMA mau mengadakan kegiatan, harus lapor ke BEM Fakultas. Apabila BEM Fakultas mau mengadakan kegiatan, harus lapor ke BEM Universitas” ujarnya.
Untuk memuluskan program ini, Pazri akan melakukan pembicaraan dengan semua ketua-ketua organisasi yang ada di Unlam dan untuk memperkuat programnya, ia akan lebih dulu melobi PD III masing-masing Fakultas, dan Dekan. Sehingga setiap kebijakan yang turun dari BEM Universitas, akan disupport PD III.
Ini juga untuk menghindari adanya kecemburuan antar organisasi mahasiswa, yang merasa Sehingga tidak ada lagi yang jalan masing-masing, misalnya hima FKIP kegiatannya lebih banyak dari BEMnya.
“Inilah yang terjadi saat ini, sehingga terjadi bacakut papadaan, tidak hanya ditakaran Universitas tapi juga Fakultasnya. “Kami sudah ada pembicaraan dengan beberapa PD III, yang juga sepakat dengan rumusan ini” pungkas Pazri. ara/mb05

290112-minggu(senen)-krisis BEM (Dm.040212).doc

Krisis Keorganisasian Dikalangan Mahasiswa


BANJARMASIN – Minat dan masalah kepemimpinan dalam keorganisasian kampus dewasa ini mengalami kemunduran. Krisis keanggotaan sering mewarnai aktivitas yang akan dilakukan, terutama pada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Dari pantauan Mata Banua, mahasiswa umumnya beranggapan, bahwa tanpa BEM, kegiatan kampus tetap berjalan dan aktivitas organisasi lain (selain BEM) tetap dapat dilakukan.
Seperti krisis kepemimpinan mahasiswa yang terjadi pada pemilihan Ketua BEM Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary. Dimulai dari Pebruari 2011, hingga sempat mengalami penundaan beberapa kali. Karena hanya satu orang yang mengajukan diri untuk menjadi calon ketua BEM. Akhirnya diputuskan secara aklamasi pada April 2011, untuk M Agus Humaidi sebagai Ketua BEM Uniska selanjutnya.
Situasi pemilihan Ketua BEM Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) tidak jauh berbeda, Dari berlarut-larutnya jadwal, hingga polemik yang menyertainya. Dimulai dari September 2011, dan baru pada Desember 2011 bisa dituntaskan. Yaitu dengan terpilihnya Muhammad Pazri sebagai Presiden Mahasiswa Unlam berikutnya.
Jelas terlihat apatisme mahasiswa yang sangat besar, terhadap keorganisasian BEM. Setelah Ketua BEM terpilih dan menyusun struktur kepengurusannya, seringkali nama yang tertulis hanyalah nama.
Menurut penuturan Agus beberapa waktu yang lalu, bahwa semangat mahasiswa dalam berorganisasi semakin menurun. “Sejujurnya saya prihatin, dari 11 ribu mahasiswa di Uniska, tidak ada yang mau mencalonkan diri sebagai Ketua BEM PT, ini adalah krisis kepemimpinan” katanya.
Dilain pihak Pazri juga mengungkapkan pendapatnya. Dunia mahasiswa di Kalsel tengah menghadapi krisis kepemimpinan, serta krisis keanggotaan organisasi, dan situasi ini terjadi pula di Unlam.
Rata-rata mahasiswa enggan berorganisasi, sehingga menjadi mahasiswa Kupu, yaitu mahasiswa yang hanya kuliah dan pulang kerumah. Mahasiswa beranggapan kalau berorganisasi hanya merepotkan dan bisa membuat kuliah menjadi lambat selesai.
Bagaimana cara membangkitkan kembali minat mahasiswa berorganisasi inilah yang menjadi salah satu program dari BEM Unlam 2012. Pola yang akan dilakukan dengan memberikan gambaran yang nyata kepada mahasiswa.
“Mahasiswa diberi gambaran dan tahu apa keuntungannya bila bergabung dalam organisasi, tanpa membuat nilai kuliahnya merosot. Sehingga ada keseimbangan, yaitu aktif berorganisasi tapi juga aktif di perkuliahan dan prestasi bisa jalan” ujarnya pada awal Januari 2012. ara/mb05

270112-jumat(sabtu)-manyanggar banua di barikin.4.doc

Photo: mb/ara
PROSESI – Salah satu prosesi upacara adat Babunga Tahun Manyanggar Banua di Desa Barikin Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HSU), pada 22 sd 23 Januari 2012

Bagaimana Seharusnya Menyambut Tamu


BANJARMASIN – Selain dari perbedaan versi riwayat Datu Taruna, selama dalam perjalanan Mata Banua denga Rombongan Taman Budaya Kalsel, menghadiri upacara adat Manyanggar Banua di Desa Barikin, di dapat pula beragam persolan lain yang harus disikapi dengan bijaksana oleh semua pihak.
Menyimak ragam riwayat Datu Taruna yang telah menjadi legenda rakyat, hingga prosesi ritual adat yang kini dilaksanakan. Setiap prosesi ritual selalu erat kaitannya dengan hal-hal yang gaib, baik dari keyakinan dan kepercayaan setempat, histeria yang terjadi saat prosesi ritual, bentuk sesajen, prosesi upacara, juriat yang sakit tidak bisa sembuh apabila belum melaksanakan ritual ataupun hal-hal lainnya. Selalu saja menjadi persolan yang dipertentangkan oleh sebagian kelompok fanatik. Situasi yang terus berlangsung dari zaman dulu hingga sekarang.
Menurut pemerhati budaya daerah, Mukhlis Maman. Pertentangan yang seharusnya tidak terjadi, antara penganut fanatik agama dengan masyarakat yang ingin menjaga kearifan tradisi adatnya. Pertentangan yang sebenarnya bisa diselaraskan, bila saling memahami posisi pijakan masing-masing.
Ritual Babunga Tahun Manyanggar Banua di Desa Barikin Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HSU), adalah memperingati nampak tilas perjalanan Datu Taruna. Yaitu bagaimana cara menerima tamu, bagaimana cara menjamu tamu, dan bagaimana cara menyuguhkan kesenian kepada tamu, kata Mukhlis Maman Pemerhati Budaya Banjar.
Seperti yang sudah dilakukan Datu Taruna dalam menyambut kedatangan sahabat-sahabatnya, dan tamu yang singgah di Desa Pematang Kambat. Disambut dengan suguhan berupa sajian dan pertunjukan kesenian klasik di sebuah tempat pasanggrahan.
Bagi juriat Datu Taruna sendiri, membenahi beragam versi riwayat untuk diluruskan kembali, menjadi pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan. Begitupula menyatukan riak-riak konflik antar juriat, yang terjadi selama masa ke vakuman pelaksanaan prosesi adat Babunga Tahun Manyanggar Banua.
Setelah 9 tahun Babunga Tahun Manyanggar Banua terhenti dilaksanakan. Antara pelaksanaan terakhir pada 2002 sampai dengan 2011, selama itu pula juriat Datu Taruna terpencar kesegala pelosok daerah. Baik yang ada di Kalteng maupun di Kaltim, dan di 2012 ini semua juriat kembali menyatu dalam sebuah prosesi adat.
“Walau masih tidak bisa dipastikan, apakah akan dilaksanakan di tahun berikutnya” ujar Mukhlis.
Keterkaitan Datu Taruna dengan sejarah Kesultanan Banjar, mendapat dukungan dari Raja Muda Khairul Saleh. Apalagi dengan adanya sambutan Bupati HSU, H Khairul Rasyid yang ingin menjadikan Babunga Tahun Manyanggar Banua sebagai agenda budaya HSU, dan dengan kemasan yang lebih baik lagi sebagai potensi wisata budaya daerah. Serta dengan tujuan agar keunikan dan kearifan upacara adat, dapat diketahui generasi muda daerah.
“Harapan memang ada, tetapi entah dengan kebijakan kepala daerah HSU selanjutnya! kata Mukhlis lagi.
Kepala Taman Budaya Kalsel, Drs Noor Hidayat Sultan, menambahkan bahwa disamping maksud dan tujuan dari ritual tersebut, maka ungkapan syukur dan doa untuk kemakmuran daerah, yang turut menjadi bagian dalam prosesi Babunga Tahun Manyanggar Banua, merupakan kearifan lokal yang harus dilestarikan.
“Apabila tradisi ini di kelola dengan baik, akan menambah kekayaan wisata adat dan budaya daerah” pungkasnya. ara/mb05

270112-jumat(sabtu)-manyanggar banua di barikin.3.doc

Photo: mb/ara
PROSESI – Salah satu prosesi upacara adat Babunga Tahun Manyanggar Banua di Desa Barikin Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HSU), pada 22 sd 23 Januari 2012

Membenahi Perbedaan Riwayat Dengan Prasasti


BANJARMASIN – Terdapat beragam versi riwat Datu Taruna, sebagai tokoh sentral awal mula diadakannya upacara adat Babunga Tahun Manyanggar Banua di Desa Barikin. Perbedaan yang akan diluruskan kembali oleh juriat dan tetua adat Desa Barikin, dengan membuat sebuah prasasti riwayat hidup Datu Taruna.
Hal ini diungkapkan oleh kepala Taman Budaya Kalsel, Drs Noor Hidayat Sultan, sekembalinya ia dari menghadiri prosesi adat tersebut.
Berdasarkan penuturan Dulhak, Ketua Panitia Pelaksana prosesi adat Babunga Tahun Manyanggar Banua 2012, yang juga sebagai salah satu juriat dari Datu Taruna.. Bahwa perbedaan versi riwayat Datu Taruna banyak terdapat pada saat Datu Taruna dan istrinya menggaibkan diri, dan pada sesajen serta bentuk upacara.
Kepada Mata Banua yang juga menghadiri dan menyaksikan bagaimana prosesi adat Manyanggar Banua dilaksanakan, Dulhak menceritakan Riwayat lain dari Datu Taruna saat menggaibkan diri, yaitu:
Sebelum Datu Taruna berangkat untuk menolong masyarakat yang keamanannya terancam oleh kawanan perampok. Datu Taruna menanam kembang dan berpesan dengan isterinya Mayangsari. Apabila kembang ini layu dan keris Raja Tumbang ini jatuh dari tempatnya. Maka artinya ia gugur di medan perang.
Datu Taruna berhasil membasmi kawanan perampok, karena sudah lama meninggalkan istri dan ingin cepat-cepat pulang, saat naik keatas kuda, Datu Taruna terjatuh. Sehingga salah satu giginya tanggal dan mengeluarkan darah.
Sementara Mayangsari yang sekian lama menanti kepulangan Datu Taruna dengan kerinduan. Mendapati bunga yang ditanam Datu Taruna menjadi layu, serta keris Raja Tumbang turut terjatuh dari tempatnya diletakkan. Mayangsari beranggapan, bahwa ini adalah pertanda kalau suaminya telah gugur di medan perang.
Mayangsari yang sangat mencintai suaminya, menggaibkan diri beserta seperangkat gamelan kesayangan Datu Taruna, yaitu di samping sumur yang kemudian menjadi tempat prosesi upacara sakral Ritual Babunga Tahun Manyanggar Banua berlangsung.
Datu Taruna sampai kerumah, tetapi ia tidak menjumpai Mayangsari. Setelah menanyakan kejadiannya dengan pembantu dirumah dan mengetahui bahwa istrinya menggaibakan diri, karena menyangka ia gugur di medan perang.
Datu Taruna lalu mengumpulkan juriatnya, dan berpesan untuk selalu menjaga kesatuan dan persatuan juriat, meneruskan tradisi menjamu tamu, serta hendaklah pada setiap tahun mengadakan upacara Manyanggar. Agar anak cucu yang ditinggalkan dalam keadaan selamat, sehat dan mendapat hasil panen yang melimpah ruah, dan daerah menjadi aman dan makmur.
Selanjutnya Datu Taruna menyusul menggaibkan diri, di tempat istrinya terlebih dahulu menggaibkan diri. ara/mb05

260112-kamis(jumat)-pentas teater API di TB.3.doc

Sanggar Teater Jangan Terpaku Hanya Satu Genre


BANJARMASIN – Sebuah sangar teater (teater modern) apabila hanya terpaku pada suatu genre teater tertentu saja, hanya akan membuat sanggar tersebut tidak berkembang dengan baik. Terutama untuk pelaku teater (baik yang modern maupun tradisional), sangat penting untuk mencoba suatu genre teater yang lain.
Hal ini diungkapkan oleh pemerhati budaya Drs Mukhlis Maman, beberapa waktu yang lalu. Menurutnya, apabila seorang pelaku teater hanya mementaskan genre teater itu-itu saja, akhirnya akan stagnan.
Dilain pihak dalam perbincangan Mata Banua dengan Luhur Kayungga, sutradara dan salah satu aktor dari lakon Brongkos, seusai pementasan Teater Api Indonesia (TAI) dari Surabaya di gedung Balairung Sari Taman Budaya (TB) Kalsel, pada Jumat (20/1) malam yang lalu.
Ia menceritakan, bahwa TAI tidak membatasi dirinya dalam genre tertentu, apakah ini realis atau surealis. TAI terus melakukan eksplorasi melalui genre apapun. Bahkan antara keduanya bisa saja dikombinasikan, misalnya genre realis sebagai latihan, kemudian genre surealis dalam pementasan.
TAI selalu melakukan inovasi pemikiran dan penafsiran, serta tidak terpaku dalam suatu bentuk tertentu. Walaupun lebih banyak mementaskan genre surealis. “Sebelum bergabung dalam TAI, aku lebih sering mementaskan genre realis. Lalu aku ingin mencoba sesuatu yang lain, seuatu yang lebih banyak mengeksplorasi pemahaman dan penjiwaan sebuah lakon” katanya.
Luhur melanjutkan, teater surealis tidak semudah seperti yang dibayangkan. Teater surealis memerlukan pemaknaan, kegagalan penokohan menyebabkan penonton tidak bisa menangkap pesan apa yang akan disampaikan. Eksplorasi lebih banyak pada ekpresi dan gerak, serta minim kata-kata, bahkan tanpa dialog. Inilah tantangan dalam memainkan tokoh surealis. Berbeda dengan teater realis, eksplorasi lebih banyak pada dialog, alur cerita mudah ditangkap penonton.
“Pada dasarnya, mengajak orang untuk memahami dan berpikir lebih dalam untuk memaknai, akan lebih membekas dalam diri seseorang” ujarnya. ara/mb05

260112-kamis(jumat)-kalender kegiatan TB 2012.doc

Photo: Drs Noor Hidayat Sultan

Informasi Media Massa Menentukan Agenda Kegiatan TB Kalsel


BANJARMASIN – Masukan dan saran masyarakat terhadap agenda kegiatan Taman Budaya (TB) Kalsel, menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan agenda kegiatan di tahun berikutnya. Karena masyarakat juga mempunyai hak untuk menyaksikan/ melihat dan menjaga kelestarian kesenian tradisional Banjar agar tetap lestari.
Hal ini diungkapkan Kepala TB Kalsel, Drs Noor Hidayat Sultan dengan Mata Banua pada Rabu (25/1) siang. Ia juga mengatakan bahwa informasi dan pemberitaan media massa, sangat membantu untuk menentukan agenda kegiatan TB Kalsel.
“TB sangat berterimakasih atas bantuan media massa dalam menginformasikan setiap kegiatan TB. Peran media massa sangat besar, apalagi bila pemberitaan tersebut bersifat investigasi, serta memuat keluhan masyarakat terhadap keadaan seni budaya tradisional Banjar di suatu daerah” ujarnya.

Kalender Kegiatan Taman Budaya Kalsel 2012

Kegiatan yang bertempat di TB Kalsel, yaitu Pagelaran Teater Modern pada 20 Januari (sudah dilaksanakan), Diklat/ Workshop Tari Dara Manginang pada 22 sd 23 Februari, Lomba Logo Hari Jadi Proklamasi pada 30 Februari/ Mei, Pagelaran Tari Dara Manginang pada 17 Maret, Gelar Paket Seni pada Maret (tanggal masih belum ditentukan), Malam Batanam Karya Baharum Banua pada 14 April, Pagelaran Wayang Gong Remaja pada 5 Mei, Pagelaran Lima Penata Tari pada 9 Juni, Pekan Kemilau Seribu Sungai pada 27 Agustus sd 1 September, Diklat/ Worshop Seni Pertunjukan Sastra pada 10 sd 11 Oktober, Diskusi Teater Modern pada 22 Oktober, Pagelaran Wayang Kulit Banjar pada 10 November, Pameran Seni Instalasi pada 12 sd 14 November, Pameran Kaligrafi dan Seni Lukis Bernuansa Islami pada 12 sd16 November.
Kegiatan TB Kalsel yang bekerjasama dengan Dinas atau lembaga/ panitia kegiatan, yaitu Pameran Seni Budaya pada 20 Mei, bekerjasama dengan Dinas Infokom Kalsel, bertempat di kota Banjarmasin. Pagelaran Musik Modern pada September (tanggal belum ditentukan), bekerjasama dengan Dinas (belum ditentukan), bertempat di TB Kalsel. Diskusi Sastra Modern pada September (tanggal belum ditentukan), bekerjasama dengan panitia Aruh Sastra.
Kegiatan TB Kalsel di luar Banjarmasin/ luar daerah, yaitu Pagelaran Apresiasi Seni Tradisi di Balangan pada April (tanggal belum di tentukan), bekerjasama dengan Instansi setempat. Lomba Baca Puisi di Kabupaten Tabalong pada 15 sd 16 Mei, bekerjasama dengan Instansi setempat. Pagelaran Tari Kreasi di Kabupaten HSS pada 20 Juni, bekerjasama dengan Instansi setempat. Temu Karya TB se Indonesia di TB Surabaya, Jawa Timur pada 10 sd 14 Juli. Expo Pameran Abdi Persada di Banjarbaru, pada 7 sd 17 Juli. Kerjasama Sanggar Seni/ Group Seni (waktu belum ditentukan). ara/mb05