Photo: Dr M Rafiek SPd MPd
Hati-Hati Dengan Teori-Teori Sastra
Menurutnya, setelah Eropa, masuknya teori-teori sastra Barat ke dunia Timur, harus disikapi dengan hati-hati, karena dapat menyebabkan penjajahan pemikiran, bagi kaum intelektual di dunia Timur. Selain itu banyak memasukkan budaya konsumerisme, seksualitas, dan sebagian paham marxis.
Akan tetapi kalau kita siap mengantisipasinya, dengan memanfaatkan teori-teori sastra Barat itu, untuk digunakan dalam membedah karya-karya sastra Indonesia , tentu tidak akan berdampak apa-apa. Lain halnya bila digunakan untuk mempengaruhi pola pikir, apalagi pola sikap dalam keseharian pembacanya, maka akan berakibat fatal.
Sebagai contoh, pada era 2000-an banyak pengarang wanita Indonesia , yang menulis karya berbau seksualitas, yang pada intinya ingin memperjuangkan feminiminitas. Selanjutnya karya seperti ini, menjadi redup dengan hadirnya novel-novel Islami.
Sementara itu, semakin terlihat dalam dunia akademis kita, bahwa begitu bangga dan merasa wah, bila menggunakan teori-teori sastra Barat, dengan mengutip pendapat pakar dari Barat.
“Untunglah di dunia timur, tumbuh dan berkembang teori sastra hermeneutika, yang digagas dan dipelopori oleh pakar sastra Timur Tengah. Antara lain seperti Mohammed Arkoun dengan hermeneutika dan dekonstruksinya, Amin al-Khuli dan Nashr Hamid Abu Zayd dengan metode tafsir sastranya. Terdapat pula Hasan Hanafi sebagai ahli hermeneutika lainnya di Timur Tengah.
Oleh karena itu, serap ilmu dari Barat, agar kita bisa membentengi diri dari serangan pemikirannya, dan perbanyak menambah pengetahua kita tentang teori-teori sastra dari Timur” ujar Rafiek ara/mb05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar