Photo: Prof MP Lambut
Muara Kebudayaan Sungai
Hal ini diungkapkan oleh budayawan Kalsel Prof MP Lambut, pada Kamis (8/12) pagi. Menurutnya, sungai adalah urat nadi kehidupan masyarakat Banjar waktu itu. Sungai menjadi tempat aktifitas segala kegiatan, dari kegiatan berdagang, mencari ikan, ke kantor, ke sekolah, ke pasar, bertani, dan beragam aktivitas lainnya.
Peran sosial maupun politik sungai sangat kental. Jumlah sungai yang ada juga sangat banyak. Sebagian sungai, juga bersejarah membangun peradaban dan politik Banjar.
“Tetua kita dulu juga berharap banyak terhadap sungai di Banjarmasin , untuk selalu dijaga dan dipelihara” kata MP Lambut.
Masyarakat kampung yang dihubungkan oleh aliran sungai, mempunyai sikap sosial yang lebih harmonis dan tertata sebaik-baiknya secara alami. Seperti sifat sungai yang menghubungkan antara satu sungai dengan sungai lainnya.
Sungai yang mengalir melewati kampung-kampung, mengalir melewati tiap tikungan, mengalir mencari tempat yang lebih rendah. Aliran sungai menyambung dan menghubungkan kebiasaan masyarakat, menuju muara kebudayaan.
“Masyarakat masa lalu amat memahami arti sungai, karena itu masyarakat menjaganya dan merasa malu kalau berbuat tidak senonoh terhadap sungai. Tapi lihat gambaran masyarakat sekarang, sungai menyempit, kotor dan bau.
Bahkan jumlah sungai di kota Banjarmasin , semakin berkurang. Satu persatu menghilang. Sungai yang tersisa kini mengalirkan lumpur kemuara kebudayaan” ujar Guru Besar FKIP Unlam ini. ara/mb05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar