Perkembangan Sastra Mutakhir
Karya Sastrawan Lokal Di Pentas Sastra Nasional
Banyak karya sastrawan kita yang mengangkat atau menceritakan tema lokal, tetapi karyannya tersebut tidak berhasil masuk dalam jajaran karya sastra nasional.
BEBERAPA hari lagi akan dilaksanakan Seminar Nasional Sastra Indonesia, dan Reuni Akbar Alumnus Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), yaitu pada Sabtu 29 Oktober 2011, pukul 08.00 Wita sd selesai.
“Sastra Mutakhir Indonesia ” menjadi tema yang diangkat dalam seminar. Bertindak selaku pembicara dari kalangan sastrawan, yaitu Jamal T Suryanata, Tajuddin Noor Ganie, M Arsyad Indradi. Kemudian pembicara dari kalangan akademisi, yaitu DR M Rafiek MPd dan DRS Rustam Effendi MPd PHd.
Menurut M Rafiek MPd, salah satu tujuan dalam pelaksanaan seminar adalah untuk merekatkan hubungan dari alumni Pendidikan Bahasa Indonesia Unlam, dengan membentuk Ikatan Alumni.
Setelah ikatan alumni terbentuk, diharapkan dalam salah satu program kerjanya nanti, ada membuat sebuah buku kumpulan karya sastra dari alumni. Untuk turut serta menambah perbendaharaan karya-karya sastra daerah.
Selanjutnya dalam seminar sendiri, bertujuan memperkenalkan sastrawan Kalsel, yang sudah bisa masuk kejajaran sastrawan nasional, dan menjadi bagian sastra Indonesia .
Topik-topik yang dibicarakan utamanya, terkait dengan karya-karya sastra mutahir, yang telah dihasilkan sastrawan daerah. Lalu sastra Indonesia itu sendiri, dan teori sastra yang digunakan dalam kajian perguruan tinggi.
“Perkembangan sastra di Indonesia , sudah demikian pesat, dan banyak novel-novel yang sudah di filmkan, begitu pula dengan novel Islaminya.
Sedangkan untuk karya sastra di Kalsel, terakhir aku melihat perkembangannya di bidang tulisan ini, ada beberapa yang sudah naik levelnya, dari sastrawan lokal menuju sastrawan nasional.
Sementara khusus karya sastra yang mengangkat tema lokal, lalu berhasil menembus jajaran karya sastra nasional. Artinya, karya sastra sastrawan lokal yang mempunyai tema kedaerahan, lalu karyanya tersebut menasional.
Atau sastrawan kita yang sudah menasional, namun dalam karyanya tetap mengangkat ciri khas daerah di pentas nasional. Kelihatannya saat ini memang belum ada. Walaupun telah banyak karya sastrawan kita yang mengangkat atau menceritakan tema lokal tersebut.
Kita ingin agar ada penulis novel daerah, yang bisa masuk tingkat nasional. Sebenarnya banyak potensi daerah yang bisa diangkat dan dijadikan latar cerita. Untuk dapat mencapai tujuan ini, sangat perlu memanfaatkan semua teknologi yang ada, seperti dengan jaringan dunia maya, yang di gunakan untuk memperkenalkan karya-karya sastra daerah, ke pentas sastra nasional.
Mengenai permasalahan sastra Kalsel, yang lagi ramai dibicarakan, seperti kasus plagiat dll, bisa saja pula menjadi pembicaraan dalam seminar. Yang jelas, aku akan lebih menyoroti krisis kritikus sastra dari kalangan akademisi di Kalsel ini.
Tetapi aku optimis, suatu saat nanti akan lahir generasi kritikus-krtikus sastra kita” pungkas Ketua Prodi Bahasa Indonesia S1 Unlam ini, pada Selasa (25/10) siang, di ruang kerjanya, di FKIP Unlam Banjarmasin . ara/mb02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar