Photo: mb/ara
BANTUAN – PRNPI sangat memerlukan bantuan dan dukungan dari masyarakat, baik bantuan materil, maupun dukungan moril bagi binaannya
Panti Rehabilitasi Narkoba Inabah
Perlu Dukungan Dari Masyarakat
TIDAK BANYAK masyarakat yang mengetahui akan keberadaan Panti Rehabilitasi Narkoba, secara umum masyarakat hanya tahu dengan RSJ Sambang Lihum, yang juga menjadi tempat pembinaan dan pengobatan untuk pecandu narkoba.
Menurut Adi Riatmoko (30), peanggung jawab masalah medis Panti Rehabilitasi Narkoba Pondok Inabah (PRNPI), berada di bawah naungan Yayasan Serba Bakti Banjarmasin, didirikan pada 2000.
Awalnya PRNPI masih satu atap dengan Rumah Sakit Jiwa Tamban (RSJT), kemudian saat RSJT di pindah lokasinya ke Km 17, dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Kemudian pada 2002, PRNPI memisahkan diri dan berdiri sendiri, serta berpindah tempat ke Jl Benua Anyar Banjarmasin.
PRNPI beraffiliasi dengan Pondok Pesantren (Ponpes) Suryalaya di Tasikmalaya. PRNPI tersebar di banyak daerah di Indonesia , bahkan sampai ke negeri Malaysia . Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab yaitu anaba-yunibu (mengembalikan), sehingga inabah berarti pengembalian atau pemulihan, maksudnya proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah.
Pimpinan Ponpes Suryalaya, KH Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang akrab dipanggil dengan sebutan Abah Anom, menggunakan nama inabah menjadi metode bagi program rehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja nakal, dan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan.
Konsep perawatan korban penyalahgunaan obat serta kenakalan remaja, adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat.
Anak binaan ditempatkan pada pondok inabah, guna mengikuti program Inabah sepanjang 24 jam. Kurikulum pembinaan ditetapkan oleh Abah Anom, mencakup mandi dan wudhu, shalat dan dzikir, serta ibadah lainnya.
Disamping kegiatan-kegiatan tersebut diatas, juga diberikan kegiatan tambahan berupa pelajaran membaca Al-Qur’an, berdoa, tata cara ibadah, ceramah keagamaan dll. Setiap anak binaan di evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kesehatan jasmani dan rohaninya. Evaluasi diberikan dalam bentuk wawancara atau penyuluhan, oleh ustadz atau oleh para pembina inabah yang bersangkutan.
Adi mengatakan, sampai saat ini, PRNPI di Banjarmasin sudah membina kurang lebih 300 orang. Dari semua yang dibina 70 persen sembuh total, sisanya harus kembali dibina, karena kembali menjadi pemakai narkoba. Rata-rata yang di bina di PRNPI di Banjarmasin , adalah dari kalangan usia produktif dan remaja.
Biaya pembinaan dan pengobatan ditanggung oleh keluarga binaan, dan ada sedikit bantuan dari Dinas Sosial untuk biaya makan, serta bantuan operasional dari BNN.
“Lama pembinaan, ada yang tiga bulan dan ada pula yang lebih, dengan metode religi Islami rohani dan secara medis. Kebanyakan keluarganya yang mengantar ke PRNPI, tapi sering kali kami yang harus menjemputnya. Kebanyakan binaan berasal dari Banjarmasin , tapi ada pula yang berasal dari Kalteng.
Sebenarnya kami kasihan dengan keluarga binaan, karena tidak semua dari kalangan yang berada. Oleh karena itu PRNPI sangat memerlukan bantuan dan dukungan pula dari masyarakat. Baik itu bantuan materil, maupun dukungan moril bagi binaan.
Binaan yang telah kembali kemasyarakat, tetapi malah tidak mendapat dukungan masyarakat, pada akhirnya akan kembali terjerumus dengan tindakan salah, yang pernah dilakukannya.
Tempat yang ada saat ini hanya bisa untuk membina yang laki-laki saja, kedepannya bila kami dapat membangun bangunan baru yang lebih luas dan memadai, mungkin akan disediakan tempat pembinaan untuk yang perempuan” ujar Adi yang semenjak 2005 mengabdi di PRNPI. araska
Tidak ada komentar:
Posting Komentar