Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

061211-selasa(rabu)-bubur asyura dalam pandangan islam

Photo: Drs H Murjani Sani MAg

Keberkahan Pada 10 Muharram

BANJARMASIN – Tradisi bubur asyura pada 10 Muharram, sebagai media untuk mengingat kembali dan mengambil hikmah dari berbagai peristiwa bersejarah bagi kaum muslimin. Yaitu peristiwa yangterjadi di dunia sejak Nabi Adam ‘alaihi salam (as), hingga kenabian Muhammad Sallallahu’alaihi wasallam (saw).
            Hal ini diungkapkan Drs H Murjani Sani MAg, Ketua MUI Banjarmasin, dengan Mata Banua pada Selasa (6/12) pagi, di tempat kediamannya di Pekapuran Raya.
Menurut H Murjani, tahun baru Islam diawali dengan bulan Muharram. Tidak terasa sudah memasuki 10 Muharram, masyarakat mengenalnya dengan hari asyura. Pengertian asyura berasal dari bahasa Arab, yang dalam bahasa Indonesianya adalah sepuluh.
Umat Islam hendaknya kembali mengkaji sejarah masa lalu. Pada 10 muharram banyak keselamatan diberikan Tuhan, kepada para nabi dan rasul dalam mengakkan kalimat Allah.
Di kisahkan dalam beberapa kitab. Bahwa pada 10 Muharram, Nabi Adam as  diampuni dosanya oleh Allah, setelah bertahun-tahun memohon keampunan kerana melanggar larangan.
Kemudian Nabi Nuh as dan pengikutnya diselamatkan dari banjir besar. Nabi Ibrahim as dilahirkan di kawasan pedalaman dan terselamat dari buruan Raja Namrud, dan hari di mana Nabi Ibrahim as diselamatkan Allah dari api Raja Namrud.
Lalu pada 10 Muharram pula Nabi Yusuf as dibebaskan dari penjara setelah meringkuk di dalamnya selama tujuh tahun. Nabi Yaakub as sembuh buta matanya ketika kepulangan anaknya Yusuf di hari tersebut.
Selanjutnya kisah Nabi Ayub as yang disembuhkan dari penyakitnya. Nabi Musa as telah diselamatkan daripada tentera Firaun dan berlakunya kejadian terbelahnya Laut Merah. Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa as. Nabi Yunus as selamat keluar dari perut ikan paus setelah berada di dalamnya selama 40 hari 40 malam, dan masih banyal lagi riwayat lainnya.
Di riwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, ada Hadist Nabi Muhammad saw pula yang menganjurkan puasa pada 10 Muharram, karena banyaknya keberkahan pada hari itu.
Adapula yang mengaitkan tradisi 10 Muharram, dengan perayaan mazhab Syi’ah memperingati terbunuhnya Saiyiduna Hussain radiallahu anhu, cucu Nabi Muhammad saw di Karbala.
Terlepas dari perayaan kaum syiah. Kaum Suni lebih memaknai tradisi bubur asyura pada 10 muharram, dengan kisah Nabi Nuh as bersama pengikutnya setelah diselamatkan dari banjir besar. Nabi Nuh as meminta pengikutnya mencari sisa makanan yang ada dan tidak busuk. Lalu dikumpulkan dan dibuat dalam kuali besar, dimasak menjadi bubur untuk dinikmati bersama.
“Kita melihat budaya membubur asyura ini bagus. Budaya yang dibalut warna Islam. Seperti, bahannya dikumpulkan bersama, diolah bersama dan buburnya dinikmati bersama. Di sini ada nilai kebersamaan, silaturahmi dan kedermawanan yang sangat disuruh dikembangkan dalam Islam. Tidak ada bubur asyura yang terbuang percuma.
Moment 10 muharram, sangat bagus dimanfaatkan untuk meraih keberkahan, meraih perlindungan dan kenyamanan dari Allah. Bahkan harus dimulai dari awal pergantian tahunnya pada 1 Muharram. Memohon bersama agar daerah dan bangsa meraih perubahan kearah yang lebih baik dan positif” ujar H Murjani. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar