Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

071211-rabu(kamis)-pengaruh sastra persia dr Alwy

Photo: Ahmad Syubbanuddin Alwy

Pengaruh Persia Dalam Sastra Indonesia

BANJARMASIN - Karya-karya sastra bentuk prosa dari Persia, banyak pula mempengaruhi kesusasteraan Indonesia. Bahkan pengaruh tersebut, terdapat pula dalam istilah yang digunakan dalam bahasa Indonesia.
            Hal ini diungkapkan Ahmad Syubbanuddin Alwy, sastrawan dari Cirebon Jawa Barat yang pernah datang ke Kalsel, pada pertengahan September 2011 yang lalu. Perbincangan antara Alwy dengan Mata Banua, secara umum mengenai perkembangan sastra Islam di Indonesia.
            Alwi kemudian mencontohkan beberapa karya sastra Indonesia yang dipengaruhi Persia. Seperti kitab Menak yang ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa, yang semula ceritera dari Persia. Dalam bahasa Melayu menjadi Hikayat Amir Hamzah.
Kitab Menak pada dasarnya serupa dengan kitab Panji, perbedaannya terletak pada tokoh-tokoh pemerannya. Ceritera-ceritera Menak dalam arti Hikayat Amir Hamzah, biasanya ditampilkan pula dalam pertun­jukan wayang golek yang konon diciptakan oleh Sunan Kudus, wayang kulit diciptakan oleh Sunan Kalijaga, dan wayang gedog diciptakan oleh Sunan Giri.
Ceritera Menak jumlahnya tidak sedikit, misalnya kitab Rengganis yang banyak digemari oleh masyarakat Sasak di Lombok dan Palembang.
Adapula Hikayat Amir Hamzah, merupakan kisah roman melegenda berdasarkan tokoh Hamza ibn Abd Al-Mutalib, paman Nabi Muhammad Sallallahu’alaihi wassalam. Kisah roman ini ditulis oleh Hamzah Fansuri, seorang ulama Melayu penganut tasawwuf.
Kemudian ada Mir‘at al-Mu‘minin (Cerminan jiwa insan setia), yang ditulis oleh Shamsuddin as-Sumatrani. Ia seorang penasehat spiritual Sultan Iskandar Muda, murid dan penerus Hamzah Fansuri.
Sedangkan Hamzah Fansuri adalah tokoh terpenting dalam perkembangan Islam dan tasawwuf di Nusantara. Ia adalah orang pertama yang menuliskan seluruh aspek fundamental doktrin sufi ke dalam bahasa Melayu. Ia juga berjasa dalam membawa bahasa dan sastra Melayu ke tingkat baru yang lebih maju.
Lalu hikayat Bayan Budiman, cerita yang didongengkan oleh seekor burung nuri ini berasal dari ceritera India Śukasaptati, yang isinya memuat pula dongeng-dongeng dari pañcatantra. Di Persia ceritera itu menjadi Tuti-namĕ, dan di Nusantara disadur menjadi Hikayat Bayan Budiman.
“Sedangkan pengaruh Persia pada kosa kata atau istilah dalam Bahasa Indonesia, seperti dalam gelar penguasa (raja atau sultan) dengan sebut­an Shah atau Syah. Lalu lebih banyak lagi terdapat pada kata-kata yang berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan. Misalnya nakhoda, bandar, dan shahbandar” ujar Alwy. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar