Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

071211-rabu(kamis)-pemahaman antara budaya dan agama dr syarifuddin (Dm.091211)

Photo: Drs H Syarifuddin R

Konflik Antara Budaya Dan Agama

BANJARMASIN – Dewasa ini seringkali terjadi konflik antara budaya dan agama. Sebuah konflik yang akhirnya menimbulkan aksi kekerasan. Bagaimanakah seharusnya memandang antara budaya dan agama, agar menjadi selaras?
            Menurut Budayawan Kalsel Drs H Syarifuddin R, pada Selasa (6/12) malam di tempat kediamannya. Pengertian budaya pada dasarnya adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar.
Jadi budaya diperoleh melalui belajar. Tindakan-tindakan yang dipelajari antara lain cara makan, minum, berpakaian, berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat  adalah budaya.
Tapi kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis. Kebudayaan juga terdapat  dalam gagasan yaitu fikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat, ethos kerja dan pandangan hidup.
Pengaruh agama terhadap budaya manusia, terletak pada hubungan manusia dengan Tuhan. Yaitu suatu interaksi sosial dan keagamaan yang berpola kepada bagaimana manusia memikirkan Tuhan, menghayati dan beribadah kepada Tuhan.
Pola pemikiran hubungan dengan Tuhan ini, turut membentuk pandangan hidup dan mengarahkan tingkah laku hubungan antar manusia. Sehingga menghasilkan budaya lainnya, seperti bentuk seni suara, tari, ukiran, bangunan dll.
Budaya yang digerakkan agama, akan melahirkan perbedaan dari suatu daerah dengan daerah lainnya. Situasi dan kondisi suatu daerah turut mempengaruhi perkembangan dan perbedaan budaya tersebut, dengan cara pengungkapan masing-masing. Walaupun agama yang mengilhaminya sama.
Pemahaman terhadap situasi yang membedakan inilah yang seharusnya benar-benar dipahami. Pemahaman yang sempit pada akhirnya, hanya memaksakan kehendak, tidak menghormati perbedaan, keberagaman dan teloransi.
“Pada dasarnya tidak ada konflik antara budaya dan agama. Individu yang salah dalam memahami budaya, yang menyebabkan konflik tersebut.
Pemahaman yang benar, wajib ditanamkan pada generasi yang masih muda. Sehingga mempunyai pemahaman yang selaras antara budaya dan agama, agar daerah dan bangsa menjadi damai” ujar Syarifuddin R. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar