Photo: Prof MP Lambut
Kemerdekaan Sastra
Sehingga sastra perlu digalakkan lagi dengan kegiatan-kegiatan, dan kemasan-kemasan yang lebih menarik, seperti halnya teaterikalisasi puisi dll, ungkap Tajuddin Noor Ganie, beberapa waktu yang lalu dalam Seminar Nasional Sastra Indonesia .
Di lain pihak, kepada Mata Banua, Prof MP Lambut yang turut menghadiri seminar, yang diselenggarakan oleh Prodi Bahasa Indonesia FKIP Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin tersebut, ia memberikan pendapat untuk memperkuat kegitan dan kemasan yang harus ditampilakn di tengah masyarakat.
Bahwa, hal yang harus dipahami adalah sastra itu bukan ilmu sastra. Ilmu sastra hanya ilmu sesudah ada sastra, jadi jangan kita melihat ilmu sastra begitu penting, sastra itu yang penting, bukan ilmunya.
“Ilmu hanya alat yang biasanya dipakai para akademisi membedah, dan menganalisa. Di masyarakat orang tidak mau mengenal ilmu sastra, tetapi sastranya yang dibaca, sastra yang lebih menarik” katanya.
Guru Besar Unlam ini juga menjawab uraian perkembangan sastra dari Jamal T Suryanata, yang menyebutkan bahwa sepanjang dekade awal 2000-an, berkembang fenomena karya-karya fiksi yang beraroma seksual.
Menurut Prof MP Lambut, memang terkadang sastra berbicara tentang kata-kata yang tidak senonoh, tetapi dalam batasan konteks sastra. Berbeda bila kata-kata tidak senonoh itu, dikatakan langsung di depan khalayak.
“Ketika kita tebeleggu oleh bermacam-macam aturan dan keadaan, ia tidak lebih dari budak” ujarnya. ara/mb05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar