Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

061211-selasa(rabu)-tradisi bubur asyura

Keutamaan Bubur Asyura Dalam Budaya

BANJARMASIN – Peringatan 10 Muharram dengan pembuatan bubur asyura telah menjadi tradisi turun temurun bagi orang Banjar. Begitu pula dengan sebagian besar masyarakat muslim di Indonesia. Di mana semenjak pagi hingga siang hari tampak kesibukan ibu-ibu komplek dan gang-gang kecil mempersiapkan hidangan bubur asyura secara bergotong royong.
            Hal ini diungkapkan, pemerhati budaya Drs Mukhlis Maman pada Selasa (6/12) sore di Taman Budaya Kalsel.
Satu hari sebelum 10 Muharram. Beberapa ibu-ibu yang ditunjuk untuk mempersiapkan hidangan bubur asyura, berkeliling kampung mengumpulkan sumbangan warga. Baik sumbangan berupa uang maupun bahan-bahan untuk pembuatan bubur. Seperti beras, sayur-sayuran, kacang-kacangan, daging, serta bumbu masakan lainnya dipersiapkan sejak pagi. Tutur Sumiyati di Komplek Arrahim Kelurahan Kebun Bunga.
Di tempat lain, seusai mempersiapkan hidangan bubur asyura, warga di Gang Sadar Kelayan A, berkumpul untuk membaca do’a dan bersantap bersama.
Beberapa sumber menyebutkan. Tradisi peringatan asyura mempunyai nama yang bermacam-macam, dan cara pelaksanaan yang berbeda di Indonesia ataupun di belahan benua lainnya. Walaupun mempunyai tujuan yang hampir sama.
Peringatan asyura dikenal dalam budaya Jawa yang berpusat di kraton Yogyakarta dan Surakarta. Dimulai sejak 1 Muharram (1 Suro), pihak kraton mengawali tradisi Mubeng Beteng atau berjalan mengitari benteng Kraton membawa benda-benda pusaka.
Di Lereng Gunung Merapi, perayaan asyura ditandai oleh ribuan warga yang menggelar nasi tumpeng. Suatu ritual yang dinamai sedekah gunung, digelar di Boyolali Jawa Tengah. Sementara di Sleman, warga menggelar lomba memasak nasi kebuli.
Masyarakat madura, membuat bubur dengan sebutan tajin sor yang diberikan keseluruh tetangga dekat. Para tetangga saling memberi antara yang satu dengan yang lainnya.
Di belahan dunia lain. Kebiasaan umat islam di Mesir menyantap kue puding asyura, yang dihidangkan setelah makan malam pada hari asyura. Puding asyura ini dibuat khusus dari bahan gandum dengan tambahan kacang, kismis, dan air mawar.
Hidangan yang hampir mirip juga disajikan di Turki, yang di sana disebut sebagai kue ashure atau puding nabi Nuh.
Sementara itu tradisi bubur asyura bagi orang Banjar, mempunyai nilai kearifan budaya yang sangat mendalam.
“Tidak usah memperpanjang perdebatan apakah tradisi ini, memang dianjurkan dalam agama Islam atau berasal dari kelompok mazhab tertentu dll. Yang jelas, budaya silaturahmi, kebersamaan dan kegotong royongan dalam tradisi bubur asyura adalah sangat baik” ujar Mukhlis. ara/mb05

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar