Photo: Raudal Tanjung Banua
Pertanggung Jawaban Penulis Tidaklah Sederhana
Raudal, sastrawan Yogyakarta yang baru datang dari Kotabaru, seusai memberikan workshop penulisan cerpen untuk mahasiswa, pelajar dan guru. Ia kembali mampir ke Banjarmasin , dan selanjutnya akan pulang ke Yogyakarta pada esok harinya (Rabu pagi).
Dalam perbincangan singkat dengan Mata Banua tersebut, lanjut Raudal “pertanggung jawaban yang aku maksud, misalnya kita menulis, lalu di baca publik, maka pertanggung jawaban hanya kepada publik, tidak sesederhana itu saja.
Pertama-tama yang diajarkan dalam menulis itu, adalah kejujuran kepada diri sendiri. Sebab, orang lain bisa saja tidak tahu kita memplagiat karya siapa, bisa jadi seumur hidup tidak terbongkar. Syarat penulis yang baik adalah kejujuran.
Oleh karena itu, sastra penting bukan hanya dilingkup teks, tapi juga sampai ke praktek. Misalnya pendidikan sastra di sekolah dianggap penting, bukan persoalan menghapal nama-nama, bukan persoalan siswa pintar, lalu mewakili daerah membuat cerpen, itu semua menjadi tidak berarti, kalau ia tidak jujur.
Bila terjadi plagiat dalam suatu lomba, yang mempunyai moment atau event tersendiri, yang berhubungan dengan banyak orang, dan efeknya merugikan orang lain. Kalau sudah terbukti, maka pelaku harus meminta maaf, baik kepada kepanitiaan dan kepada publik, ia harus mengembalikan hadiahnya. Kalau pelaku tidak melakukannya, maka panitia dan juri harus bertindak memanggil dia” ujarnya.
Ditanyakan apa sering terjadi kasus plagiat di Yogyakarta , menurut Raudal, itu mungkin saja terjadi, hanya tidak menjadi kasus yang heboh. Karena kasus plagiat di Yogya, masih belum ditemukan bukti terjadi dalam suatu event lomba, paling-paling hanya plagiat karya yang dikirim ke suatu media massa . ara/mb05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar