Photo: mb/ara
RUSAK – Ibu Norasikin di Sungai Bakung Kec Sungai Tabuk sudah satu bulan lebih menganggur tidak bisa berjualan, karena sampan yang dipergunakannya untuk berdagang sayuran kepasar terapung selama ini sedang rusak
Kembangkan Pasar Terapung Yang Sudah Ada
Hal ini diungkapkan Drs Mukhlis Maman, dengan Mata Banua pada Kamis (24/11) malam. Menurutnya, sesuatu yang dibuat-buat apalagi tidak pada tempatnya, di nilai dari sisi budaya tidak mempunyai makna, atau tidak alami.
Pasar terapung yang sebenarnya ada di pasar terapung Kuin perairan sungai Barito, dan pasar terapung Lok Baintan perairan sungai Martapura.
Pengertian budaya adalah sesuatu yang berkembang, dan tumbuh dari masyarakat. Kalau budaya itu dibuat-buat, maka tidak akan bertahan lama. Apa bila pemerintah ingin mengembangkannya, diperlukan kesungguhan yang maksimal dan waktu yang cukup lama.
Yang seharusnya dilakukan pemerintah, adalah membangun fasilitas dan inprastruktur yang memadai, untuk akses di pasar terapung yang sudah ada. Ekonomi masyarakat di sana diperbaiki, serta memberikan bantuan modal usaha bagi pelaku pasar terapung.
Sesuatu yang alami, mempunyai nilai yang lebih tinggi dalam pariwisata. Para wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan manca negara (wisman), cenderung mengunjungi tempat yang terbentuk secara alami. Bila masyarakat pelakun pasar terapung di tempat tersebut merasa diuntungkan, ia akan berkembang dengan sendirinya.
“Lebih baik memelihara dan mengembangkan pasar terapung yang sudah ada. Aku sependapat dengan Syarifuddin R, bahwa eksistensi kehidupan ekonomi pelaku pasar terapung, atau pedagang perahu (jukung) itulah yang lebih diutamakan.
Membuat pasar terapung yang baru, akan memakan biaya yang tidak sedikit. Lebih baik digunakan untuk memberi bantuan modal bagi pelaku di pasar terapung yang lama, dan memperbaiki fasilitas yang sudah ada. Ini lebih bermanfaat.
Apalagi aku dengar ada pelaku pasar terapung, yang kekurangan modal dan tidak punya duit untuk memperbaiki perahunya yang rusak, sehingga sudah satu bulan lebih tidak bisa berjualan.” ujar Mukhlis. ara/mb05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar