Photo: mb/ara
PRESTASI – Anak-anak panti YPPC Keraton mempunyai segudang prestasi
Panti Penyandang Cacat YPPC Keraton
Mempunyai Anak asuh Yang Berprestasi Dalam Olahraga
Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional, no 20 tahun 2003 Bab IV Pasal 5 ayat 2 dinyatakan, bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, intelaktual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan Luar Biasa (PLB).
Panti Penyandang Cacat – Yayasan Penyantun Penyandang Cacat (YPPC) Keraton didirikan pada 2006, beralamat di Jl Menteri Empat Rt 12 Komplek PLB, Sei Paring Martapura.
Menurut Sutra Ali (59) pendiri yayasan dan pembina panti, sebelumnya hanya ada SDLB. Tapi setelah didirikan YPPC baru terjadi perkembangan yang lebih baik, yaitu mulai dibangun panti, SMPLB, dan SMALB. Selain dari anak-anak cacat mental dari panti yang bersekolah, ada pula anak-anak cacat mental dari masyarakat di Martapura dan Banjarbaru.
Tujuan pendirian panti, pada dasarnya untuk membantu anak-anak cacat mental yang tidak mampu atau tidak mempunyai biaya. YPPC sekarang membina 30 anak asuh tunarungu dan tunagrahita, dengan tingkat pendidikan SMALB ada 10 anak, SMPLB ada 5 anak, dan sisanya di SDLB.
Anak-anak berasal dari Banjarmasin , Rantau, Barabai dan Kotabaru. Diantara 30 anak, terdapat 3 anak putri. Karena kapasitas asrama terbatas, sebagian anak menyewa di rumah penduduk yang berada di sekitar SLB.
Selama 5 tahun panti didirikan, sudah lebih dari 20 anak yang purna asuh dan hidup mandiri (bekerja). Beberapa anak mengabdikan diri dengan bekerja sebagai Tata Usaha di SDLB.
Di SMALB anak-anak diajarkan beragam keterampilan, dari memasak, potong rambut, membuat sandal, menjahit dll. “Beberapa tahun yang lalu, dari Dinas Sosial memberi bantuan modal berupa peralatan usaha untuk anak yang telah lulus sekolah. Seperti alat membuat batako, mesin jahit dll. Tapi sekarang tidak ada lagi” katanya kepada Mata Banua.
Tidak sedikit pula anak-anak panti yang berprestasi di SLB. Begitupula dalam olahraga, ada yang berprestasi dalam bulu tangkis, lari, bahkan ada yang mewakili Indonesia dalam Olimpiade Tunagrahita di Athena Yunani pada Juni 2011 yang lalu.
Pada pekan Olahraga Pelajar Cacat Nasional (Popcanas) di Riau, 19-21 Oktober 2011, salah satu anak panti YPPC meraih medali emas dalam cabang olahraga renang.
Selain di sekolah, di asrama panti anak-anak juga diajarkan tentang disiplin. Ada peraturan untuk mereka, seperti waktu sholat, jam tidur, siapa yang mendapat giliran kebersihan, bagaimana bersosialisasi dengan masyarakat dll.
“Disiplin di sini, tentu berbeda dengan anak normal, tapi paling tidak ada peraturan yang harus mereka taati. Apabila melanggar hukumannya juga hanya nasehat. Mengurus anak cacat mental sangat memerlukan kesabaran. Anak-anak yang sudah purna asuh dan mandiri, apabila liburan sering datang berkunjung ke panti” ujar Sutra Ali yang sudah 20 tahun mengajar di SLB sebagai guru Agama. araska
Tidak ada komentar:
Posting Komentar