Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

261211-senin(selasa)-latar belakang buku sastra TB

Photo: Buku sejarah sastra Kalsel yang diterbitkan TB Kalsel

Harta Karun Perkembangan Sastra Kalsel

BANJARMASIN – Sastra Indonesia modern di Kalsel identik dengan sastra koran/majalah yaitu karya sastra yang dipublikasikan di koran/majalah, dan sastra buku yaitu karya sastra yang dipublikasikan dalam bentuk buku.
            Hal ini diungkapkan oleh kepala Taman Budaya (TB) Kalsel Drs Noor Hidayat Sultan, beberapa waktu yang lalu dengan Mata Banua, mengenai buku perkembangan sastra yang diterbitkan TB pada awal Desember 2011. Buku ini berjudul Sastra Indonesia Modern Di Kalimantan Selatan Sebelum Perang (1930-1945).
            Menurut Noor Hidayat, karena sejarah kesusastraan Indonesia modern di Kalsel identik dengan sastra koran/majalah dasn buku, maka yang harus dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan lagi koran/majalah tempo dulu. Tapi terbatas pada koran/majalah yang hanya mempunyai rubrik sastra, sebab tidak semua koran/majalah mempunyainya.
            Tidak mudah menggali dan mengumpulkan lagi data sastra sebelum perang. Sebab buku-buku sastra koleksi perorangan, koleksi instansi/lembaga dokumentasi dan perpustakaan ini, tersebar di dalam daerah maupun diluar Kalsel. Data ini adalah harta karun perkembangan sastra Kalsel, dan ini adalah pekerjaan besar.
            “Amat disayangkan apabila tidak ada pihak yang melakukannya, sekurang-kurangnya dalam bentuk sederhana. Oleh karena itu penggalian ini penting” katanya.
            Awalnya penggalian sejarah sastra Kalsel, direncanakan meliputi kurun waktu 1890 sd 1945. namun, minimnya data dan dokumentasi karya sastra Indonesia di Kalsel akhir abad XIX, membuat penggalian akhirnya difokuskan pada bahan-bahan yang dapat ditemukan, terbatas pada awal abad XX.
            Minimnya data sastra Indonesia modern di Kalsel sebelum abad XX, karena saat itu belum ada media cetak di Kalsel. Serta kemampuan membaca dan menulis aksara latin yang rendah. Lebih dominant saat itu pada sastra lisan (madihin, basyair, lamut dan pantun) yang dikenal masyarakat. Maka, penggalian lebih difokuskan pada jenis karya sastra (berbahasa Melayu – Indonesia) modern, yang diciptakan/dipublikasikan dalam kurun waktu 1930 sd 1945.
            “Dengan keterbatasan dana, saat ini hanya bisa dicetak 500 eksemplar. Bukunya tidak dikomersilkan, tapi dibagikan untuk sekolah, kampus, perpustakaan di Kalsel, maupun perpustakaan nasional. Siapa yang memerlukan dan bukunya masih tersedia akan kami berikan” pungkanya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar