Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

171011-senen(selasa)-pementasam sanggar bahana IAIN

Photo: mb/ara
SIKAP - Pementasan naskah Paradox dari sanggar SBA, yang menggambarkan keadaan orang-orang yang bersikap seperti tidak biasanya

Paradox-nya Sanggar Bahana Antasari

BANJARMASIN – Bagaimana jika sebuah keluarga yang harmonis, tiba-tiba kehilangan harta yang berharga di dalam sebuah keluarga, apa yang akan terjadi?
Kalimat tersebut merupakan bagian dari sinopsis naskah yang berjudul Paradox, dimainkan oleh teater Sanggar Bahana Antasari (SBA)dari IAIN Antasari Banjarmasin, pada Jumat 14 Okrober 2011yang lalu, pukul 20.30 Wita, bertempat di Auditoriun IAIN Antasari Banjarmasin.
Paradox yang saat ini dipentaskan, di adaptasi dari naskah paradox sebelumnya, oleh Ahmad Riduan yang juga bertindak sebagai sutradara.
Fahri, Pimpinan Produksi, menjelaskan “pementasan ini untuk memperingati ulang tahun SBA yang ke-17. Paradox menggambarkan keadaan orang-orang yang bersikap seperti tidak biasanya, contohnya mahasiswa yang kemudian menjadi preman, sarjana yang kemudian menjadi pelacur dan lain-lain.
Pada intinya menceritakan sebuah keluarga yang kehilangan kepala keluarganya (sang ayah). Sehingga keluarga yang ditinggalkan mengalami goncangan kehidupan.
Naskah paradox diciptakan oleh Reza Rahim, salah satu senior SBA, yang membolehkan kami mementaskan kembali naskah paradox, asal ceritanya di adaftasi. Perubahan adaftasi yang kami lakukan tidak terlalu banyak, seperti adanya beberapa dialog yang diganti.
Intensifnya, latihan paradox hanya pada satu bulan terakhir ini, yaitu setiap malam, kecuali malam Jumat dan malam Minggu. Anggota badan produksi pementasan paradox lainnya, yaitu Gatah (Stage Manager), Helmy (Penata Artistik), Hasan F (Penata Cahaya), M Annur (Penata Musik), Tarmidi (Make UP). Sedangkan pemain, yaitu Nia, Eko, Dewi, Auni, Fachrul, Fazri, Helmi, Dyta, dan Annur.
            Set awal paradox, memang minim dialog, lebih mengandalkan pada ekspresi pemain. Secara keseluruhan ada dua tempat yang dijadikan panggung. Panggung itu sendiri yang menggambarkan situasi rumah, dan halaman atau depan panggung yang menggambarkan situasi halaman rumah” ujarnya.
            Pada dasarnya SBA mengusung teater aliran Surealis, Fahri berharap, dengan usia SBA yang ke-17, bisa semakin dewasa dan semakin matang dalam setiap pementasan. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar