Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Minggu, 25 Desember 2011

040211-jumat(sabtu)-ciri tuna grahita (Dm.di Mozaik hal.7)

Mengenali Secara Dini Gejala Anak Tuna Grahita

BANJARMASIN – Pencemaran lingkungan dan kekurangan gizi dapat menyebabkan lahirnya anak yang cacat mental atau Tuna Grahita. Mempunyai anak yang cacat mental bukan berarti harus ditutup-tutupi atau diisolasi, karena Setiap anak adalah ciptaan terbaik yang telah lulus seleksi sejak kejadian pertama (pertemuan sel sperma dan sel telur), Setiap anak lahir membawa misi atau tugas khusus
Menurut Dra.Masliani Pengelola Pusat Terapi Autis Bina Permata Keluarga, malam Minggu (29/1) bahwa“seorang ibu yang hamil harus mempunyai pengetahuan penyebab lahirnya anak cacat mental atau anak berkebutuhan khusus (ABK), kalau pun telah terlahir maka mengenal ciri-cirinya secara dini sangat diperlukan, agar tidak terlanjur semakin parah.
Pengertian dari anak cacat mental  atau mental retardasi yaitu mengacu pada ketidak berfungsian intelektual yang disertai ketidak mampuan adaptasi perilaku dan terjadi selama masa perkembangan. Adapun jenis-jenis mental retardasi yaitu: Menurut Tipe Klinis, Down Syndrom (mongoloid), Kretin (cebol) karena gangguan hypothyroid dan Hydrochepalus (pembesaran kepala).
Menurut Tingkatan kemampuan DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV), Mildly Mentally Retarded (IQ 50 -  55 hingga 70), Moderatelly Mentally Retarded (IQ 35 – 40 hingga 50 – 55), Severelly Mentally Retarded (IQ 20 – 25 hingga 35 – 40), dan Profoundly Mentally Retarded (IQ di bawah 20 atau 25)
Ciri-ciri  anak tuna grahita, antaralain: Penampilan fisik tidak seimbang, ada kepala besar atau kecil. Tidak bisa MDS pada seumurnya. Perkembangan bicara atau bahasa terlambat. Susah untuk berkosentrasi atau tidak fokus. Koordinasi gerakan kurang dan serta tidak terkendali. Karena kelemahan syarat, sering ngiler mulut terbuka. IQ di bawah 70 dan terkadang disertai cacat lain (multi cacat majemuk).
Asesmen pada anak tuna grahita dilakukan untuk mengukur tingkat intelegensi dan kognitif maupun potensi dominan bagi anak tuna grahita, baik secara individual maupun kelompok. Alat untuk asesmen anak tuna grahita dapat digunakan seperti berikut ini:
Tes intelegensi WISC-R  (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang model WISC –R). Tes intelegensi Stanford Binet (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang model Stanford Binet). Cognitive Ability Test (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat pengetahuan yang dikuasai).
Beberapa instrumen asesmen spesifik yang dapat dipergunakan bagi anak tuna grahita. Setiap manusia termasuk anak, tuna grahita memiliki perbedaan. Perbedaan itu berupa perbedaan intra individual dan iter individual. Dengan perbedaan manusia saling membutuhkan karena mereka memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.”
Dalam menghadapi anak tuna grahita, kata Dra.Masliani “terima merika apa adanya. Adanya kehangatan baik dilingkungan keluarga maupun dilikungan sekolah agar tercipta sekolah yang ramah.
Sekolah yang ramah memiliki beberapa keuntungan yaitu: dapat mengurangi tingkat pelecehan terhadap anak berkebutuhan khusus. Hak azazasi bagi ABK diaplikasikannya education for all. ABK merasa aman di sekolah karena adanya aksebelitas dan kesetaraan derajat.
Orang tua dan pihak sekolah menjadi saling terbuka dalam mencari solusi sehingga tidak ada sikap saling menyalahkan. Terjalinnya komunikasi berbagai pihak baik sekolah orang tua dan masyarakat sekitar.
Meningkatnya motivasi bagi anak-anak, guru dan orang tua kerena saling keterbukaan. Individu memiliki peran yang sama dalam tingkatnya namun berbeda pungsi semua orang dilibatkan dalam rangka suksesnya pendidikan untuk anak” ujarnya. ara/mb07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar