Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

240711-minggu(senin)-PA Bhakti Luhur (Dm.260711)

Photo: mb/ara
CACAT MENTAL - Panti Asuhan Bhakti luhur mengabdikan diri untuk mengasuh anak-anak cacat mental

PA Bhakti Luhur
Berharap Walikota Lebih Dekat Dengan Anak Panti

MENGASUH anak yang normal saja sudah sulit, apalagi mengasuh anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental. Benar-benar sebuah pengabdian dan perjuangan yang sangat tidak mudah.
            Panti Asuhan (PA) Bhakti luhur yang beralamat Komplek Pembangunan I, jl Pandan, kelurahan Belitung Selatan Banjarmasin, didirikan pada awal Januari 2005, mendedikasikan pengasuhannya 90 persen untuk anak-anak yang keterbelakangan mental dan cacat phisik.
            Suster Karti (43) pengasuh PA Bhakti Luhur menceritakan “ini adalah pengabdian kami untuk berbagi kasih dengan anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental dari keluarga yang tidak mampu. Bisa merawat mereka, merasakan kasih sayang kepada mereka, agar mereka bisa pintar, menjadikan hidup kami menjadi berarti.
            Terkadang, sebagai manusia kami pun merasa kelelahan, sehingga semua rutinitas yang dijalani, menjadi sedemikian berat, sehingga emosi menjadi lebih terasa dan tidak bisa memberikan pelayanan yang optimal. Tapi, setelah melihat kelucuan anak-anak tersebut, dan kepolosan mereka, semua beban terangkat sirna, berganti dengan kasih sayang” ujar
            Sebelum mengabdi di PA Bhakti Luhur di Banjarmasin, suster Karti sudah menjadi pengasuh di PA Bhakti Luhur di daerah lain sejak 1986. Ia kemudian kembali berkata “anak yang di asuh dalam PA Bhakti Luhur ada 26 orang, yang diluar panti ada 15 orang. Paling muda berumur 17 bulan.
Anak-anak tersebut di dapat dari kunjungan dari rumah-kerumah atau ada masyarakat yang memberitahukan kepada kami, bahwa disana ada anak yang memerlukan bantuan (dari keluarga yang tidak mampu dan mengalami keterbelakangan mental), maka kami segera mengunjungi, menolong mereka, memberi pelayanan, memberi bantuan fisioterapy dll. Selain itu ada pula masyarakat yang mengantarnya sendiri.
Karena disini adalah anak-anak yang berkebutuhan khusus, keterbelakangan mental dan ada yang hingga idiot yang mereka perlukan adalah kasih sayang yang tulus agar mereka gembira. Kita didik dan latih mereka hingga bisa membantu dirinya sendiri, paling tidak mereka bisa buang air kecil dan buang air besar sendiri.
Untuk anak yang normal, di sini ada 4 orang dari anak terlantar, salah satunya disekolahkan di TK Maria, dua diantaranya karena telah diterapi dan bisa 3M (membaca, menulis, menghitung) kami rujuk kesekolah SDLB di pelambuan.
            Batasan purna asuh atau mandiri untuk anak-anak seperti ini tentunya lebih sederhana dari yang normal. Apabila anak-anak tersebut, paling tidak mereka sudah tidak lagi mengalami penyimpangan tingkah laku, sudah mengerti makan dan mandi, itu kami anggap sudah mandiri, kemudian kami kabarkan dengan keluarganya, apakah mau dibawa pulang.
Begitu juga menilai peningkatan atau kemampuan anak, itu dilihat dari perkembangan apakah tingkah lakunya tidak terlalu menyimpang lagi, seperti ada anak yang suka mencabut rambutnya dan menggigit bajunya hingga hancur, saat ini hal itu sudah tidak dilakukannya lagi, ini adalah peningkatan dari perkembangan mental si anak” katanya.
            Mengenai fasilitas panti, Suster Karti berkata “PA Bhakti Luhur mempunyai 7 suster dan 5 pengasuh. Kemudian ada 9 kamar tidur, masing-masing kamar ada yang untuk dua orang, tiga orang atau lebih tergantung luas kamar dan kebutuhan dari si anak sendiri. Misalnya ada anak yang kalau malam suka teriak-teriak, sehingga satu kamar satu anak dengan satu suster, karena bila berkumpul dengan anak lain, tentunya akan mengganggu.
            Sudah menjadi rutinitas disini, menyiapkan segala sesuatunya untuk anak-anak, bagaimana membuat rencana, seperti jam berapa mereka bangun pagi, mandi, berdoa bersama, makan pagi, terapi, makan siang, bermain, istitahat dll.
            Anak yang lebih besar dilatih untuk membantu, seperti membersihkan meja makan, menjemur pakaian, melipat pakaian, dan mencuci piring. Walaupun mereka terbelakang mental, tapi pelajaran disiplin tetap diberikan, tapi tidak sampai dipukul, hanya di ajarkan untuk meminta maaf atas kesalahannya.
            Antara pemasukan dan pengeluaran seperti biaya makan dan terapi dll, kita atur sedemikian rupa agar cukup, dan bila ada kelebihan sedikit kita simpan untuk keperluan panti kedepannya. Karena kami memang ingin merenovasi pondasi rumah panti ini, karena sudah miring, perkiraan memerlukan biaya Rp 800 juta”.
            Setelah bercerita panjang lebar tentang anak-anak yang dibina dan dikasihinya, pada akhir perbincangan Suster Karti menitip pesan “walikota yang dulu, sangat dekat dengan anak-anak panti, kami berharap walikota sekarang juga bisa lebih dekat dengan anak-anak panti” pungkasnya. araska

Tidak ada komentar:

Posting Komentar