Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Minggu, 25 Desember 2011

270211-minggu(senin)-Rhett1 (Dm. di Headline hal.1)


Photo: mahfuz

KEDUTAAN AS LAKUKAN SOSIALISASI KELESTARIAN HUTAN DI KALSEL

BANJARMASIN – Perwakilan Kedutaan AS dan Jurnalis Mongabay melakukan sosialisasi di Kalsel terkait kelestarian lingkungan hidup, terutama kelestarian hutan.
            Jumat malam (25/2) staff Public Affairs Ammbassador AS for Indonesia, Arend J Zwartjes beserta jurnalis Mongabay, Rhett Butler melakukan dialog dengan beberapa wartawan di Swiss Bell Hotel Borneo Banjarmasin. Dialog yang dimulai dari pukul 19.00 wita, berlangsung hingga kurang lebih dua jam. Membicarakan seputar kunjungan dan riset yang dilakukan oleh Rhett Butler di Indonesia dan Kalimantan.
            Untuk Kalimantan, melalui penerjemahnya, Rhett mengatakan, dirinya sudah melakukan kunjungan ke hutan di Kalteng, Tanjung Puting, dan melihat kelestarian hutan tersebut serta satwa orangutan. Sedang di Kalsel ia mengunjungi dan melihat situasi  keadaan hutan Tahura di Mandiangin, serta berkunjung pula ke skretariat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel.
Rhett, mengakui ia belum sempat berkunjung ke pegunungan Meratus, saat ini informasi yang didapatnya tentang hutan Meratus hanya dari informasi yang diberikan oleh Walhi Kalsel, dalam kunjungan singkat tersebut.
Menanggapi pertanyaan Mata Banua tentang konflik hak pengelolaan hutan di Tahura, Rhett berkomentar ”permasalahan di hutan Tahura sangat rumit, hal itu harus dilihat lagi kepada kondisi lokal. Dimana hal-hal seperti hak kepemilikan tanah, memerlukan pemetaan wilayah kepada masyarakat. Bisa juga diadakan perlindungan hak terhadap pengambil alihan tanah dan bagaimana seharusnya mereka melakukan pengelolaan terhadap tanah yang digunakan.
Kemudian keterlibatan perusahan, sangat penting untuk bisa memberikan konsen atau perhatian kepada masyarakat sebelum memulai proyek dilahan yang ada. Serta sangat penting bagi pemerintah untuk bisa merespon kepentingan masyarakat yang ada disana.Proses tersebut sangat penting untuk bisa membawa semua elemen komponen masyarakat bersama-sama” ujarnya.
Selanjutnya Rhett mencontohkan kondisi pengelolaan hutan yang terjadi di Brazil. Kata Rhett “Brazil di 2004 secara bersamaan berhasil meningkatkan laju ekonomi mereka 37 persen pendapattan perkapita dan 47 persen menekan penggundulan hutan Amazon.
            Di Amazon ada forum antara masyarakt lokal dan unit-unit bisnis atau perusahan-perusahaan, untuk bersama-sama melakukan program penekanan penggundulan hutan yang mereka anggap sangat penting sekali. Karena mereka sendiri juga memiliki banyak kegiatan usaha yang ada dihutan tadi. Dan mereka bersama-sama mendiskusikan bagai mana program Amazon yang berkelanjutan.
Mereka datang kepada kantor pemerintah untuk menuntut mengeluarkan suatu kebijakan, bahwa hutan mereka kedepannya seperti apa. Dan pemerintah menanggapinya dengan melakukan langkah-langkah untuk mengurangi emisi dan penggundulan hutan, serta membuat langkah-langkah penegakan hukum yang dituangkan dalam sebuah buku.
Ketika hukum yang telah dibuat belum juga dijalankan, masyarakt sipil dan LSM bersama-sama bergerak menyuarakannya kembali, bagaimana seharusnya melakukan penegakan hukum. Hingga akhirnya  pemerintah mengikuti langkah-langkah yang mereka suarakan dan itu berhasil, serta bisa mengubah keadaan mereka” tutur Rhett.
Dilain pihak Dwitho Frasetiandy Manager Kampanye WALHI Kalsel, membenarkan tentang kedatangan perwakilan Kedutaan AS dan Jurnalis Mongabay di sekretariat Walhi Kalsel di Banjarbaru. Menurut Andy “program sosialisasi kelestarian lingkungan hidup dan hutan yang mereka lakukan adalah sesuatu yang sangat baik. Tapi informasi yang didapat Rhett masih belum cukup untuk menggambarkan kerumitan permasalahan lingkungan yang terjadi di Kalsel” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar