Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Rabu, 21 Desember 2011

281110-minggu(senin)-sastra melayu bjr1 (Dm.021210)

SASTRA MELAYU BANJAR KINI TERSESAT JALAN

BANJARMASIN – Beberapa waktu yang lalu banyak terjadi polemik di media massa lokal tentang sastra di Banua Banjar, khususnya tentang sastra melayu Banjar. Menurut salah satu pemerhati budaya Banjar, Setia Budhi pada Minggu (28/11) siang “bahwa dalam beberapa tahun kebelakang, penulisan karya sastra di tanah melayu Banjar ini mulai kehilangan haluannya.”
Katanya kemudian “bahwa sastra melayu Banjar terutama bersumber dari karya klasik sarat dan identik dengan perenungan diri terhadap perikehidupan komunitas Banjar, yang dibahasakan dengan sederhana dan bersahaja.
Sastra melayu Banjar merupakan serangkaian kata-kata yang memiliki makna intrinsik, bait-bait syair yang memiliki unsur-unsur lahiriyah dan bathiniyah yang mendalam terhadap Tuhan dan alam semesta.”
Setia Budhi melanjutkan “kebanyakan sastra melayu Banjar adalah sastra lisan yang kaya dengan simbol, pesan moral, peringatan-peringatan. Penuturan baik mengambil kisah dalam Al-Qur’an, tentang sebuah hikayat-hikayat yang menggambarkan rasa cinta terhadap Tuhan dan berdosa karena melanggar perintah Tuhan.
Sastra melayu Banjar juga menggambarkan kedamaian dan ketentraman jiwa melalui keyakinan yang dalam terhadap Tuhan” tuturnya.   
Melihat dari Sastra melayu Banjar tempo dulu, kemudian membandingkannya dengan karya sastra melayu Banjar sekarangn Setia Budhi mempertegas perubahannya, katanya “karya sastra melayu Banjar kekinian telah terlihat dipersimpangan jalan. Berubah menjadi kontemporer ataukah pop yang merupakan tersesat jalan.
Apakah para penyair akan mampus ditelan Tsunami karya sastra entertainment dan mengekor pada arus birahi sajak-sajak tentang Myabi ataukah tetap menjaga kearifannya pada akar tunjangnya yaitu ke-Melayu-an dan ke Islaman” pungkas Setia Budhi dengan pertanyaan untuk penyair Banjar sekarang.  Ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar