SASTRA MELAYU BANJAR KINI TERSESAT JALAN
Katanya kemudian “bahwa sastra melayu Banjar terutama bersumber dari karya klasik sarat dan identik dengan perenungan diri terhadap perikehidupan komunitas Banjar, yang dibahasakan dengan sederhana dan bersahaja.
Sastra melayu Banjar merupakan serangkaian kata-kata yang memiliki makna intrinsik, bait-bait syair yang memiliki unsur-unsur lahiriyah dan bathiniyah yang mendalam terhadap Tuhan dan alam semesta.”
Setia Budhi melanjutkan “kebanyakan sastra melayu Banjar adalah sastra lisan yang kaya dengan simbol, pesan moral, peringatan-peringatan. Penuturan baik mengambil kisah dalam Al-Qur’an, tentang sebuah hikayat-hikayat yang menggambarkan rasa cinta terhadap Tuhan dan berdosa karena melanggar perintah Tuhan.
Sastra melayu Banjar juga menggambarkan kedamaian dan ketentraman jiwa melalui keyakinan yang dalam terhadap Tuhan” tuturnya.
Melihat dari Sastra melayu Banjar tempo dulu, kemudian membandingkannya dengan karya sastra melayu Banjar sekarangn Setia Budhi mempertegas perubahannya, katanya “karya sastra melayu Banjar kekinian telah terlihat dipersimpangan jalan. Berubah menjadi kontemporer ataukah pop yang merupakan tersesat jalan.
Apakah para penyair akan mampus ditelan Tsunami karya sastra entertainment dan mengekor pada arus birahi sajak-sajak tentang Myabi ataukah tetap menjaga kearifannya pada akar tunjangnya yaitu ke-Melayu-an dan ke Islaman” pungkas Setia Budhi dengan pertanyaan untuk penyair Banjar sekarang. Ara/mb05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar