Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

010711-jumat(sabtu)-pisau budaya luar

Pisau Globalisasi Budaya Luar

BANJARMASIN – Masuknya pengaruh budaya luar ke dalam daerah, di era globalisasi tidak bisa dihindari. Dengan keadaan seperti ini, sejauh mana kebudayaan tradisional daerah dapat bertahan dan tetap eksis, ini tergantung dari ketahanan kebudayaan masyarakat dalam memegang tradisi budayanya.
            Dari sisi lain, kebudayaan luar bisa menjadi pisau yang mengiris kebudayaan daerah sehingga menjadi lebih beragam atau ia akan menghancurkan dan memusnahkannya, bila ketahanan kebudayaan daerah masyarakat sangat lemah.
            Meningkatkan ketahanan kebudayaan daerah, tidak dapat hanya dilakukan sepihak oleh satu kelompok masyarakat, tapi harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah daerah, dengan melakukan beragam upaya khusus.
Dedy Purnama ketua Bina Anak Nusantara (bana) pada akhir Juni yang lalu mengatakan “proses globalisasi dapat mengakibatkan perusakan terhadap peradaban, kemasyarakatan dan kesadaran etnis, tetapi selama kita memiliki ketahanan budaya yang tangguh, maka proses globalisasi tersebut, tidak akan mengakibatkan pelumpuhan yang memarginalisasi eksistensi bangsa ini.
Ancaman globalisasi memang tak bisa dihindari, maka ketahanan budaya harus diartikan secara dinamis, dimana unsur-unsur kebudayaan dari luar ikut memperkokoh unsur-unsur kebudayaan lokal” ujarnya.
Menurut Dedy “ketahanan budaya, berarti suatu tindakan pelestarian budaya tradisional secara kontinyu dan menyeluruh, dan pengembangan secara dinamis dengan upaya-upaya yang lebih khusus.
Upaya khusus yang bisa dilakukan, antara lain dengan melalui dekomposisi dan rekonstruksi, rekoreografi, renovasi, revitalisasi, refungsionalisasi, disertai improvisasi dengan aneka hiasan, sentuhan-sentuhan nilai-nilai nafas baru, akan mengundang apresiasi, dan menumbuhkan sikap posesif terhadap pembaharuan dan pengayaan karya seni.
Di sinilah awal dari kesenian daerah menjadi kekayaan budaya, dan modal sosial kultural masyarakat, sebagai ketahanan budaya yang tangguh” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar