Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

010811-senin(selasa)-diskusi LBB umum

Photo: mb/ara
IDENTITAS - Lembaga Budaya Banjar Kalsel, mencoba kembali memperjelas hal ikhwal identitas orang Banjar melalui sebuah diskusi di gedung Warga Sari Taman Budaya Kalsel

Manahapi Hal Urang Banjar

BANJARMASIN – Perdebatan dan diskusi tentang asal usul dan jati diri orang Banjar, serta identitas kesenian daerah, terus berlanjut dalam berbagai forum pertemuan.          
            Akhir bulan Juli, Sabtu (30/7) pagi yang lalu, di gedung Warga Sari Taman Budaya Kalsel, Lembaga Budaya Banjar (LBB) Kalsel, yang di ketuai oleh DMA M Suriansyah Ideham dan sebagai sekertaris yaitu DMH H Adjim Arijadi, kembali mencoba memperjelas hal ikhwal orang Banjar, melalui diskusi kebudayaan Banjar yang bertema ‘Manalapaki Wan Manahapi Hal Urang Banjar’.
            Prof Dr H Djantera Kawi yang menjadi alah satu pembicara dalam diskusi kebudayaan, mengatakan “telaah yang bernuansa serius tentang identitas orang Banjar, sepanjang yang saya ketahui, belum banyak dilakukan dan boleh jadi belum pernah dilakukan.
            Keengganan orang menelaah identitas barangkali desebabkan oleh resiko reaksi yang cukup signifikan, jika rumusan tentang identitas tersebut tidak diterima, karena subtansinya menyangkut harga diri baik perorangan maupun kelompok.
            Seperti sebuah kesimpulan yang mengatakan bahwa orang Banjar beridentitas atau berkarakter sebagai orang yang suka atau sering bertengkar sesamanya (bacakut papadaan).
            Oleh karena itu, di sinilah arti penting bagi orang Banjar, untuk mengidentifikasi tentang jati dirinya, agar dapat memahami dan menghayati lebih komprehensif sebagai sebuah etnis, yang boleh jadi berbeda dengan yang lain dan lebih bermartabat” ujarnya.
            Menurut Djantra Kawi “khusus penelaahan tentang identitas orang Banjar, tampaknya akan lebih berhasil jika dilakukan berdasarkan fenomena kegiatan bahasa, dibanding dengan penelaahan melalui kegiatan sosial dan kegiatan kerja. Karena untuk sementara ini, data bahasa jauh lebih banyak dan mudah ditemukan.
            Pada sisi lain, dalam data bahasa juga dapat ditemukan sejumlah proposisi, yang berkenaan dengan konsep dan subtansi konfigurasi makna tentang kegiatan sosial dan kegiatan kerja, sebagai refleksi perihal identitas penutur aslinya” pungkas Djantra Kawi. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar