Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 30 Desember 2011

030411-minggu(senin)-kelestarian budaya


Kelestarian Budaya Tradisional

BANJARMASIN – Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya. Kepemilikan yang di dapat dengan mempelajarinya secara terus menerus dalam kehidupan bermasyarakat.
            Menurut Drs.Syarifuddin R, Minggu (26/03) yang lalu “bertahan dan lestarinya suatu warisan budaya, didorong oleh keadaan tertentu yang memaksa warga masyarakat bersangkutan, untuk mengikuti dan mematuhi serta melaksanakannya. Warisan budaya pada hakekatnya merupakan pengetahuan yang dapat berfungsi dalam menghadapi tantangan kehidupan.
            Pada masyarakat yang sudah maju, ilmu pengetahuan dipelajari melalui jalur pendidikan, baik yang bersifat formal maupun non formal. Dalam masyarakat tradisional ilmu pengetahuan lebih banyak diperoleh, dengan cara memarisinya secara turun temurun.
            Proses sosialisasi dan interaksi masyarakat dalam pergaulan sehari-hari, menjadi penyebab tukar-menukar pengetahuan dan pengalaman sebagai warisan dari generasi pendahulunya” ujarnya.
            Dilain pihak, menurut Mukhlis Maman pada Kamis (31/3) malam “kultur budaya yang berkembang di Kalsel banyak hubungannya dengan sungai, rawa dan danau, disamping pegunungan. Tumbuhan dan binatang yang menghuni daerah ini, dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Masyarakat Banjar di masa lalu memanfaatkan alam lingkungan yang ada, sehingga bersesuaian dengan benda-benda budaya yang dihasilkan. Disamping itu, masyarakatnya juga agraris, perdagangan dengan dukungan teknologi yang sebagian besar masih tradisional.
Orang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya yang berkaitan dengan relegi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi dan assimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya.
Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, terutama dengan pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, seperti Hindu dan Budha” katanya.
Mukhlis melanjutkan “di zaman modern sekarang, pengaruh dari budaya luar kian deras memepengaruhi masyarakat. Pengaruh yang disebabkan arus informasi yang kian mudah diakses. Tidak semua pengaruh dari budaya luar akan merusak budaya tradisional, apabila masyarakatnya bisa menyaringnya dengan arif.
Di sinilah letak persoalannya, saat ini pengertian dan kearifan masyarakat terhadap budaya tradisional daerah sendiri sudah sangat tipis, sehingga pengaruh dari budaya luar yang lebih dominan. Maka bukannya memperkaya budaya tradisiona, tapi malah membuatnya semakin samar.
Faktor pendidikan menjadi hal utama. Kalau zaman dulu pendidikan dilakukan secara langsung dalam kehidupan yang memang bersuasana tradisional, tapi sekarang pendidikan telah dibalut dengan institusi-institusi pendidikan modern. Maka peran pendidik dalam institusi pendidikan tersebut dan peran pemerintah daerah sebagai pemegang kebijakan, menjadi faktor penting penentu kelestarian tradisional” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar