Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 30 Desember 2011

040511-rabu(kamis)-Ancaman Sawit benyamine.1


Photo: HE Benyamine

Ancaman Sawit Pada Lahan Rawa

BANJARMASIN – Para petani sekarang tidak hanya dihadapkan dengan kelangkaan pupuk dan harga tak bersaing pasca panen. Tapi sekarang juga dihadapkan dengan masalah kebanjiran, yang menyebabkan sawah-sawah tergenang, akhirnya membuat gagal panen.
Pemerhati sosial masyarakat HE Benyamine, pada akhir Januari yang lalu kepada Mata Banua, mengatakan “dalam beberapa tahun terakhir, genangan air yang lamban turun, menyebabkan persawahan dan sebagian wilayah tempat tinggal masyarakat terendam dalam waktu yang cukup lama. Hal ini menandakan adanya perubahan bentang alam yang cukup luas.
Perubahan dan peralihan pungsi terhadap lahan rawa, yang merupakan lahan basah, tentu saja akan berakibat perubahan tata air, sehingga berakibat pada terganggunya penyebaran dan aliran air pada wilayah yang lebih rendah. Lahan basah sebagai tempat penampungan air dan menjadi pengatur tata air, seperti lahan gambut bila terganggu sangat sulit untuk kembali pada keadaan semula.  
Perubahan bentang alam dalam beberapa tahun terakhir juga, di beberapa kabupaten, telah begitu luas dan ekspansif ke wilayah lahan rawa. Terutama pembukaan lahan rawa untuk perkebunan besar kelapa sawit, yang patut dilihat sebagai bagian dari terganggunya tata air, dan menyebabkan kebanjiran pada wilayah-wilayah yang dulunya tidak pernah mengalami genangan yang cukup lama” ujarnya.
Lanjut Benyamine “banyak daerah telah menyerahkan lahan rawanya seperti Batola, kemudian di Sungai Buluh Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten HST, untuk pembukaan perkebunan kelapa sawit, terutama di wilayah Candi Laras, yang dalam beberapa tahun terakhir begitu masif dan ekspansif.
Begitu juga dengan kabupaten yang berada di wilayah hulu, HSS dan HSU, yang juga menyerahkan lahan rawa untuk kepentingan perkebunan sawit, dengan pandangan bahwa lahan rawa sebagai lahan tak produktif atau lahan tidur.
Padahal, lahan rawa merupakan lahan yang kaya dan tingkat keragaman hayati yang tinggi, yang memang masih perlu dikembangkan dengan tidak merusak secara ekosistem, yang berhubungan dengan pengetahuan lokal masyarakat dalam pemanfaatannya” katanya.
Menurut Benyamine “pembukaan perkebunan besar sawit di beberapa kabupaten yang terhubung secara ekosistem sungai dan rawa; Batola, Tapin, HSS, HST, dan HSU, dengan memilih lahan rawa perlu mendapat perhatian serius semua pemangku kepentingan. Karena perubahan pada satu wilayah akan berdampak pada wilayah lainnya.
Hal ini dapat dilihat dari permasalahan genangan yang cukup lama pada persawahan petani Genangan atau kebanjiran ini salah satu permasalahan yang dihadapi warga masyarakat, karena rusaknya ekosistem sungai dan rawa.
Selain masalah genangan, perkebunan sawit di lahan rawa dan dekat sungai, juga dihadapkan dengan permasalahan pencemaran, yang begitu mudah menyebar melebihi wilayah tempatannya. Karena sungai dan rawa, dapat menjadi media yang efektif  dalam menyebarkan pestisida dan pupuk kimia, yang digunakan perkebunan sawit melalui aliran air.
Biotik rawa akan dihadapkan dengan pencemaran yang pada akhirnya terkonsumsi manusia melalui produk sungai dan rawa, seperti ikan” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar