Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 30 Desember 2011

040511-rabu(kamis)-WALHI petani tolak sawit.1.pertemuan

Photo: mb/ara
MENOLAK – Masyarakat petani dari tiga kecamatan di Kabupaten Tanah Laut menolak pembukaan perkebunan kelapa sawit di lahan pertanian rawa dan hutan galam

HUTAN GALAM – Kerimbunan hutan galam yang menjadi tumpuan perekonomian masyarakat, akan musnah bila rencana pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit di laksanakan

Petani Tolak Perkebunan Sawit

BANJARMASIN – Kebijakan pembukaan lahan perkebunan yang hanya mengedepankan aspek ekonomi bagi sekelompok orang, akan menimbulkan penderitaan yang panjang bagi masyarakat petani yang berada disekitar wilayah tersebut.
Di atas kertas, memang tertulis bahwa perkebunan akan meningkatkan perekonomian masyarakat, tapi pada kenyataannya sering kali hasil yang diperoleh kebalikan dari semua yang direncanakan.
Sabtu (29/4) malam, Wartawan Mata Banua di kabari oleh Dwitho Frasetiandy Manager Kampanye WALHI Kalsel, bahwa besok akan ada pertemuan petani, yang menolak pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Tanah Laut.
Minggu pagi pukul 10.00 Wita, dari Banjarmasin Wartawan Mata Banua bertolak menuju titik pertemuan di Bundaran Liang Anggang. Selanjutnya dari sana, bersama-sama Walhi Kalsel berangkat ke lokasi lahan yang akan di jadikan perkebunan kelapa sawit.
Sesampai di Handil Birayang Bawah sekitar pukul 13.00 Wita, telah di nanti dan disambut oleh masyarakat dari dua desa, yaitu Handil Birayang Atas dan Handil Birayang Bawah, Kecamatan Kurau, yang berkumpul di salah satu rumah tetua masyarakat.
Sambil beristirahat, Rahmat Mulyadi atau yang biasa di panggil Abu, dari Divisi Pendidikan, Pengkaderan dan Penguatan Organisasi Rakyat (P3OR) Walhi Kalsel, yang sudah berada di lokasi dari kemaren, bertindak sebagai juru bicara menjelaskan duduk persoalan yang dihadapi masyarakat.
Ungkap Abu “ada sekitar 7 ribu hektar, yang selama ini menjadi sumber mata pencarian masyarakat akan dijadikan perkebunan kelapa sawit. 7 ribu hektar itu meliputi, Kecamatan Bumi Makmur seluas 3 ribu hektar, sisanya dari Kecamatan Bati-Bati, dan Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanah Laut.Tahap awal pembukaan lahan ada 1800 hektar yang akan mereka (perusahaan perkebunan kelapa sawit) garap.
Lahan yang akan dijadikan perkebunan kelapa sawit adalah lahan rawa yang sebagian besar adalah hutan galam dan lahan pertanian masyarakat. Sedangkan lahan rawa merupakan tempat mata pencaharian masyarakat dari mencari ikan, sekaligus menjadi tempat tumbuhnya hutan galam yang juga sebagai penghasilan masyarakat dalam mencari kayu bakar” ujarnya.
Lanjut Abu “banyak masalah yang terjadi, bila perkebunan kelapa sawit ini di buka, selain dari faktor ekonomi yaitu masyarakat yang kehilangan mata pencaharian, faktor lingkungan juga terkena dampaknya, seperti hilangnya daerah serapan air, yang sudah pasti saat musim hujan mengakibatkan banjir bagi wilayah yang berdekatan.
Kemudian, tingkat keasaman air akan meningkat. Hal ini menjadi salah satu penyebab gagal panen pertanian, serta habitat ikan air tawar turut musnah. Hutan galam juga menjadi habitat Bekantan, yang seharusnya dilindungi dan dipelihara.
Dilain pihak bila lahan ini dibuka, maka terjadi pelepasan karbon yang sangat besar, yang merupakan salah satu faktor dampak perubahan iklim yaitu pemanansan global.
Sedangkan, yang menjadi penyebab utama penolakan masyarakat terhadap pembukaan perkebunan kelapa sawit ini, sudah pasti adalah kehilangan mata pencaharian. Sumber perekonomian yang selama ini menghidupi mereka sejak puluhan tahun dari generasi kegenerasi. Hanya demi kepentingan sekelompok orang pengusaha dan oknom pemerintah saja” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar