Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

041011-selasa(rabu)-larut dlm tari kreasi (Dm.071011)

Photo: mb/ara
ARUH PENGANTEN – Penampilan tari Aruh Penganten dalam Festival Karya Tari Daerah se-Kalsel, yang dilaksanakan di Taman Budaya Kalsel, pada Juli 2011

Photo: Arsyad Indradi

Larut Dalam Tari Kreasi, Lupa Akar Budaya

BANJARMASIN – “Predikat Kalsel sebagai penulis deskripsi terbaik, dalam Festival Nasional Kesenian Tari Nusantara (FNKTN) 2011, jangan membuat kita semakin kehilangan arah, tapi harus lebih intropeksi diri. Predikat itu hanya pada deskripsinya, bagaimana dengan tariannya?”
Itulah komentar pembuka, Arsyad Indradi untuk prestasi tari Aruh Pengantin dari Yayasan Pusaka Saijaan Kotabaru (YPSK), baik setelah menjuarai Festival Karya Tari Daerah se-Kalsel, yang dilaksanakan di Taman Budaya (TB) Kalsel, pada Juli 2011.
Maupun dalam FNKTN 2011, yang diselenggarakan oleh Direktorat Seni Pertunjukan Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, yang dilaksanakan di  Gedung Kesenian Jakarta, pada 20 sd 22 September 2011 yang lalu.
            Arsyad Indradi (62), tokoh seniman ini memang lebih di kenal sebagai sastrawan atau penyair, dan sesekali ia melukis untuk koleksi pribadi. Tapi sebenarnya Arsyad juga adalah seorang penari, pencipta tari dan pelatih serta pengajar tari di PGSD Banjarbaru.
            Minggu (2/10) siang yang lalu, kepada Mata Banua, Arsyad menyampaikan nasehatnya untuk prestasi, dan perkembangan seni tari di Kalsel.
“Aku sudah lama mengamati dan melihat sejauh mana perkembangan seni tari daerah kita, kalau dibiarkan begini saja, seni tari kita akan semakin kehilangan arah. Sudahnya pemberitaan diberbagai media massa daerah, hanya memberitakan prestasi dan kemenangannya saja. Itu tidak akan membawa perubahan yang lebih baik, tapi melenakan.
Aku senang apabila ada, wartawan yang lebih bersikap kritis terhadap sebuah prestasi, kemudian mempertanyakannya, lalu mengulasnya menjadi berita, sebagai pelajaran yang berharga, dalam kritik untuk membangun” ujarnya.
Menurut Arsyad “sebenarnya prestasi yang pernah diraih Kalsel dalam pentas tari nasional, sudah lama di perhitungkan di tingkat nasional. Namun dalam perjalanannya, sekarang kita lengah. Kita terlalu larut dalam kreasi, dan lupa kembali keakar budaya kita sendiri. Itu kesalahan besar, kita telah kehilangan identitas.
Bukan berarti tidak boleh berkreasi, kreasi itu bagus, silahkan saja, tapi akar budaya kita jangan sampai hilang. Banyak tarian kreasi kita yang sebenarnya bagus dan indah, hanya tidak terkemas dengan baik.
Silahkan mengemas kostum dan musik dengan kreatif, dan untuk gerakan tariannya, jangan sampai lepas dari akar budaya atau tetap berdasarkan tari tradisi.
Apagunanya tari yang bagus dan indah, tapi tidak mempunyai roh. Roh dari tari salah satunya adalah kekuatan sumber dari gerakan tari, yang berdasarkan tari tradisi. Tari yang tanpa roh, seperti hantu yang cantik tapi gentayangan” katanya.
Arsyad berpesan kepada para penentu kebijakan, khususnya Dinas Pariwisata, apabila nanti kembali mengadakan lomba tari daerah, agar lebih selektif dan mengutamakan akar budaya daerah. Sehingga saat tampil dalam pentas tari nasional, dengan bangga dapat berkata, inilah Kalsel. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar