Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

051011-rabu(kamis)-wajib belajar tari tradisi

Photo: Mukhlis Maman

Wajib Kembali Belajar Pada Tari Tradisi

BANJARMASIN – “Aku melihat proses regenerasi yang ada ini, terutama calon penata tari, yang kemudian menjadi penata tari. Kebanyakan mereka basik geraknya tidak kuat, artinya tidak memiliki basik-basik tradisi” ungkap Mukhlis Maman, pada Senin (3/10) siang, di Taman Budaya Kalsel.
Mukhlis Maman menjadi salah satu juri dalam Festival Karya Tari Daerah (FKTD) se-Kalsel, yang dilaksanakan di Taman Budaya Kalsel, pada Juli 2011. Dan ia ikut serta mendampingi rombongan penari tari Aruh Pengantin Yayasan Pusaka Saijaan Kotabaru (YPSK) ke Festival Nasional Kesenian Tari Nusantara (FNKTN) 2011, di Gedung Kesenian Jakarta, pada 20 sd 22 September 2011 yang lalu.
Mukhlis mengakui, bahwa saat penilaian FKTD se-Kalsel, ia dan dua juri lainnya, tidak mempunyai pilihan lain, apalagi dari Disporbudpar Kalsel menekankan bahwa harus ada yang dipilih (yang dinilai terbaik) untuk mewakili Kalsel dalam FNKTN 2011.
“Kalau secara pribadi aku menilai, maka peserta dalam FKTD se-Kalsel, tidak ada yang memenuhi standart untuk mengikuti FNKTN 2011.
Setelah pemenang di pilih, hal itu juga menjadi dilematis bagi juri. Tari Aruh Penganten apabila harus diperbaiki sesuai standart Direktorat Seni Pertunjukan Dirjen Nilai Budaya, akan terjadi perubahan yang sangat besar, berarti memerlukan latihan yang sangat banyak. Sedangkan waktunya tidak memungkinkan, karena saat itu menghadapi bulan Ramadhan” ujarnya.
Menurut Mukhlis “apa yang dikatakan Arsyad itu memang benar, aku sangat mendukung. Memang kelemahannya di situ, sehingga kita harus kembali ke dasar lagi. Banyak sekali garapan tari kreasi kita kehilangan arah, sehingga terlepas dari akar-akar tari tradisi.
Seandainya para penata tari daerah kita saat ini, menguasai basik tradisi itu tadi, kemudian mengembangkan dalam bentuk kreasi mungkin masih bisa roh rasa dalam gerakan dapat.
Yang wajib di ketahui oleh penata tari, bahwa dalam tari tradisi itu, setiap gerakan, setiap langkah, bahkan suara gamelan pun mempunyai makna dan maksud tujuannya sendiri. Gerakan adalah simbol, musik adalah simbol, kostum adalah simbol, semua simbol ini ada artinya. Tapi garapan tari kreasi sekarang, tidak mempunyai makna lagi. Hanya gerakan yang indah dan serasi, kosong dari arti.
Saat ini kita terputus dengan basik tradisi satu generasi, karena mereka belajar langsung pada kreasi. Seharusnya belajar tari tradisi dulu, baru mendalami kreasi. Jadikan tradisi sebagai pondasi, dan apabila pondasinya tidak kuat, maka akan kehilangan arah.
Di mana saja, pada seni apa saja, bila tradisi dimasyarakat itu tidak dikuasainya hasilnya akan labil atau goyang” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar