Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

060911-selasa(rabu)- posisi budaya

Photo: Drs Mukhlis Maman

Agama Dan Budaya Tempatkan Pada Posisinya

BANJARMASIN – Tradisi dan kepercayaan adat leluhur masyarakat Banjar, bukan berarti harus di hilangkan, bila memang bertentangan dengan agama atau sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, tetapi harus di kelola dan di manajemen dengan baik, agar kekayaan budaya tradisional daerah benar-benar terpelihara” ungkap Drs Syarifuddin R, pada Selasa (6/9) sore.
            Tidak berbeda dengan pendapat Syarifuddin, sebelumnya pada Kamis (29/8) yang lalu, pemerhati budaya Drs Mukhlis Maman juga mengatakan “hal-hal yang menyangkut permasalahan hukum agama dan kepercayaan adat leluhur, harus di tempatkan pada posisinya masing-masing, yaitu antara hukum agama dan dari sudut pandang seni budaya.
            Bila memang bertentangan dengan agama, maka tidak harus kepercayaan tersebut kembali dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, tetapi cukup di lestarikan dalam upacara-upacara adat daerah, pada waktu tertentu dalam konteks konsumsi seni budaya dan pariwisata.
            Permasalahan ini, yang terkadang dipandang sempit oleh banyak tokoh agama yang beraliran keras, sehingga banyak tradisi dan budaya yang menghilang. Kebijaksanaan dalam memandang tradisi dan kepercayaan leluhur sebagai budaya daerah, merupakan faktor penting menjaga kekayaan tradisional masyarakat Banjar khususnya” ujarnya.
            Sementara itu, sebagai contoh dari kepercayaan adat leluhur, Syarifuddin yang selaku Ketua Harian Dewan Kesenian Kalsel, menceritakan “seperti kepercayaan masyarakat adat di kecamatan Haruyan, yang sekarang kian menipis. Kecamatan Haruyan, sekitar 10 km dari Barabai, menghormati leluhurnya yang bernama Datuk Taruna Barikin.
            Mereka juga percaya kepada Batara Kala atau Sang Kala, yang selalu mengganggu manusia dan oleh karenanya harus diberi sesajen. Dengan upacara itu mereka percaya bahwa masyarakat akan aman sentosa, ternak akan berkembang biak, dan pertanian akan subur.
            Pengetahuan tentang pelaksanaan upacara itu, diturunkan oleh tokoh masyarakat yang mereka sebut dalang atau dadalang dan keluarganya. Dalang adalah seniman wayang, oleh karena itu upacara ini, selalu disertai dengan pertunjukan wayang kulit atau bawayang.
Di zaman lampau ada panggung tetap untuk upacara itu, para penabuh gamelan mengenakan pakaian teluk belanga dan ikat kepala yang berwarna hitam. Dari upacara ini, dapat kita lihat bagaimana kekayaan sebuah tradisi tradisional daerah, yang akan sangat disayangkan apabila menghilang” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar