Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

070911-rabu(kamis)-aruh sastra VIII akankah lebih baik

Aruh Sastra VIII Akankah Lebih Baik

BANJARMASIN – Belajar dari pengalaman masa lalu dan mengantisifasi permasalahan yang telah terjadi, adalah sesuatu yang penting di lakukan untuk kegiatan selanjutnya. Dan bagaimana persiapan Aruh Sastra Kalsel VIII, akankan menjadi lebih baik?
Semenjak awal pelaksanaan Event tahunan para sastrawan Kalsel dalam Aruh Sastra pertama  2004 di Kandangan, hingga Aruh Sastra VII 2010 di kota Tanjung, banyak permasalahan yang terjadi, dalam awal pelaksanaan hingga akhir kegiatan, yang luput dari perhatian. Sekarang memasuki tahun kegiatan Aruh Sastra VIII, akan dilaksanakan di Banua Murakata yaitu di kota Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, rencananya pada 16 sd 19 September 2011.
Pada perbincangan dengan Drs Mukhlis Maman yang kerap di minta sebagai Juri dalam pagelaran seni dalam Aruh Sastra, Kamis (29/8) malam yang lalu, ia berkomentar “ini hanya sebagai masukan dari pengamatan perjalanan Aruh Sastra, aku harap bisa disikapi dengan baik, demi kemajuan dunia sastra kita sendiri.
Permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi dalam persiapan maupun pelaksanaan Aruh Sastra Kalsel, sebenarnya sepele tetapi bila tidak di selesaikan akan menjadi rumit. Seharusnya panitia pelaksana bisa belajar dari kegiatan sebelumnya.
Persoalan klasik dalam sebuah kegiatan, seperti permasalahan dana itu sudah umum di ketahui. Tetapi persoalan kecil lain yang lebih mudah untuk di antisipasi, contohnya undangan kepada peserta yang tidak tidak sampai kepada tujuan, kriteria penilaian lomba yang tidak jelas, jadwal kegiatan yang tidak di laksanakan dengan baik, sepinya penonton dalam pagelaran seni Aruh Sastra tersebut dll.
Hal lain yang sebenarnya lebih penting untuk di pikirkan, sejauh mana peningkatannya dunia sastra di Kalsel dengan adanya Aruh Sastra ini? Apakah generasi muda sastra semakin bertambah? Ataukah hanya menjadi reuni dari sastrawan saja, dan kegiatan cuma sebuah proyek yang setelahnya di biarkan begitu saja. Sementara generasi muda sastranya asik dengan dunianya sendiri!” katanya.
Lanjut Mukhlis “sekian tahun Aruh Sastra Kalsel dilaksanakan, bagaimana tanggapan dunia sastra nasional, seberapa banyak sastrawan nasional yang datang? Sementara daerah lain di luar Kalsel yang juga melaksanakan kegiatan sastra, yang berbentuk seminar saja, tetapi berduyun-duyun peserta dari luar negeri ingin mengikutinya.
Untuk apa mengeluarkan dana ratusan juta rupiah, kalau hanya berakhir di tingkat lokal saja. Walau ini hanya kegiatan sastra dan gelar seni, bukankah dapat pula menjadi event promosi pariwisata daerah, yang apabila di kelola dengan baik, gaungnya akan terdengar ke manca Negara, bila memang promosinya profesional!” ujarnya.
Sementara itu hingga akhir September 2011, dari kontak Mata Banua dengan beberapa mahasiswa FKIP jurusan bahasa dan sastra di Universitas negeri dan swasta di Banjarmasin dan Banjarbaru, saat di tanya apa mengetahui tentang kegiatan Aruh Sastra, hanya menjawab dengan gelengan kepala, jauh kata untuk ikut menghadiri.
Kemudian beberapa mahasiswa bahasa dan sastra di luar Kalsel, terutama di daerah Jawa, setelah di ceritakan tentang Aruh Sastra Kalsel, pada dasarnya berminat untuk menghadiri, tetapi rata-rata ingin agar mendapat undangan lengkap agar bisa mencari dana untuk berangkat. Adakah panitia terpikirkan akan hal ini, atau memang tidak peduli! ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar