Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

070911-rabu(kamis)-dayak bakumpai.1 (Dm.100911)

Menyusuri Budaya Dayak Bakumpai

BANJARMASIN – Menyusuri perjalanan Suku Dayak di Kalimantan, sangatlah panjang. Karena dari setiap suku akan membawa rantai hubungan dengan suku dayak lainnya.
Dari beberapa sumber menyebutkan, bahwa suku Dayak terbagi menjadi beberapa rumpun yang sangat banyak, antara lain: Rumpun Ot Danum, Rumpun Apu Kayan, Rumpun Iban dan Heban, Rumpun Klemantan atau Dayak Darat, Rumpun Murut, Rumpun Punan, Rumpun Bukat. Kemudian setiap rumpun terbagi lagi menjadi beberapa sub suku.
Sub suku dari Rumpun Ot Danum, antara lain: Dayak Ngaju, Dayak Ma`anyan, Dayak Dusun, Dayak Lawangan. Kemudian dari Dayak Ngaju terbagi lagi menjadi sub suku sedatuk yang lebih kecil, antara lain: Suku Bakumpai, Suku Berangas, Suku Mangkatip, Suku Siang Murung, Suku Mendawai, Suku Bukit/Dayak Meratus.
Khusus mengenai Suku Bakumpai, Drs Syarifuddin R mengatakan “di Kalsel berdiam orang Bakumpai, salah satu kelompok dari orang Dayak yang umumnya bermukim di sekitar aliran sungai Barito. Orang Bakumpai sudah mendapat pengaruh yang kuat dari kebudayaan Banjar.
Saat itu, ketika Banjarmasin masih di kuasai oleh kerajaan Hindu, orang Bakumpai pun memeluk agama Hindu. Sekarang ketika umumnya orang Banjar memeluk agama Islam, orang Bakumpai bahkan telah menghasilkan ulama-ulama penyebar agama Islam sampai ke hulu sungai Barito.
Pengaruh kebudayaan Banjar juga juga terasa dalam teater, tari, dan sastra lisan orang Bakumpai yang sebagian besar bernafaskan Islam” ujar Syarifuddin pada Selasa (6/9) sore, menceritakan hasil dari penelitiannya, mengenai budaya masyarakat di Kalsel, yang ia lakukan sewaktu masih berdinas di Disporbudpar Kalsel.
Dilain pihak, Setia Budhi salah satu peneliti etnologi Dayak dari Universitas Lambung Mangkurat, menceritakan “suku Bakumpai terutama mendiami sepanjang tepian daerah aliran sungai Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, yaitu dari kota Marabahan, Barito Kuala sampai kota Puruk Cahu, Murung Raya.
Suku Bakumpai berasal bagian hulu dari bekas Distrik Bakumpai, sedangkan di bagian hilirnya adalah pemukiman orang Barangas (Baraki). Sebelah utara (hulu) dari wilayah bekas Distrik Bakumpai adalah wilayah Distrik Mangkatip (Mengkatib), merupakan pemukiman suku Dayak Bara Dia atau Suku Dayak Mangkatip. Suku Bakumpai maupun suku Mangkatip, merupakan keturunan suku Dayak Ngaju.
Menelusuri jejak suku Dayak Bakumpai dalam dunia Dayak abad ke-21, sudah tentu akan berbeda dengan era di mana ritual ngayau atau memenggal kepala manusia, masih bersemayam dalam kisah petualangan para kepala suku Dayak masa lampau.
Kisah para lelaki Dayak Bakumpai sebagai pencari kayu gaharu, peladang dan pemburu sarang burung wallet, yang merupakan primadona mata pencaharian penduduk, adalah cerita mengenai kegagahan dan maskulinitas tersendiri, pada jalinan sejarah suku Dayak di belantara Kalimantan” katanya.
Menurut Setia Budhi “sejauh ini diketahui bahwa orang Dayak Ngaju tidak pernah membangun rumah panjang. Akan tetapi, di sungai hulu Barito di Desa Makunjung, Desa Konut dan Muara Bubuat, tradisi rumah panjang masih bertahan, dan menjadi bagian hidup dan budaya.
Ritual Badewa, menyanggar, dan menggunakan bahasa Ngaju pada komunitas Bakumpai, memiliki makna penting yang tak dapat dibantah, bahwa Bakumpai adalah Dayak. Sesuatu yang belakangan telah menjadi rujukan etnografi, meskipun sejarah kolonial mengotakkan suku Bakumpai yang Islam menjadi Melayu” ulasnya. ara/mb05



Tidak ada komentar:

Posting Komentar