PROBLEMATIKA PROFESI GURU
Menurut Tatag Yuli Eko Siswono (Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Surabaya) dalam pemaparan makalahnya pada Seminar Pendidikan Regional Kalimantan Selatan yang dilaksanakan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Unlam Banjarmasin pada 4 Desember yang lalu, mengatakan “meningkatnya calon mahasiswa untuk program pendidikan, sebenarnya belum memberikan jaminan bahwa kualitas guru atau calon guru akan baik, karena banyak faktor yang mempengaruhi.
Diantara faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain, banyak guru dengan kualifikasi sarjana yang belum memenuhi kompetensi profesionalnya, seperti kemampuan guru dalam menguasai materi yang diajarkan, kemampuan mewujudkan tujuan-tujuan mata pelajaran yang tertuang dalam kurikulum pada implementasi di kelas, dan kemampuan penulisan karya ilmiah yang merupakan persyaratan pokok belum memadai” katanya.
Sementara itu penyebaran guru kelas menurut Tatag “guru mata pelajaran/ rumpun mata pelajaran, guru kejuruan dan guru luar biasa pada setiap jenjang pendidikan belum proporsional. Dari data yang ada menunjukkan bahwa guru mata pelajaran yang memiliki jumlah tertinggi adalah guru mata pelajaran pendidikan agama 169.486 orang, disusul guru penjaskes 108.126 orang dan guru matematika sebanyak 69.718 orang.
Jumlah terkecil adalah guru sejarah budaya sebanyak 1.916 orang, guru bahasa asing lain sebanyak 2.143 orang dan guru antropologi 3.682 orang. Ketersediaan guru untuk ketiga mata pelajaran (pendidikan agama, penjaskes dan matematika), berkaitan dengan perguruan tinggi penyelenggara program studi untuk ketiga mata pelajaran itu yang relatif banyak. Program studi pendidikan matematika banyak diselenggarakan karena tidak memerlukan laboratorium atau peralatan yang khusus bagi mahasiswa dalam belajar” ungkapnya.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan permasalahan guru yang telah diutarakan tersebut kata Tatag yaitu “dapat dilakukan dengan kemampuan dan keberanian guru mengubah diri termasuk dalam keyakinan terhadap pengajaran mata pelajaran, maupun belajar mata pelajaran. Guru harus menjadi pembelajar seperti halnya siswa yang diajarkan, tidak puas dengan ilmu yang didapat ketika kuliah saja. Kita perlu belajar sepanjang hayat” pungkasnya. ara/mb05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar