Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

090611-Perbedaan Panambaan Dengan Dukun

Profesi Pengobatan Tanpa Mengharap Imbalan

BANJARMASIN – Ditengah masyarakat tradisional Banjar terutama di pedesaan, ada sebuah profesi yang memiliki keahlian khusus, tetapi tidak dijadikan sebagai sumber penghasilan kehidupan.
Untuk sumber kehidupan mereka mempunyai pekerjaan utama yang dapat membiayaai kehidupan sehari-hari. Profesi unik ini adalah panambaan” ungkap Budayawan Kalsel, Syarifuddin R, pada Selasa (7/6) dalam perbincangan dengan Mata Banua.
            Panambaan atau tukang tamba atau tukang urut adalah orang yang memiliki keahlian dalam pengobatan, terutama yang berhubungan dengan kepercayaan, adat istiadat dan kejiwaan. Umumnya penyakit yang diobati panambaan ini adalah jenis penyakit yang bersifat irasional atau penyakit dalam yang tidak jelas nama penyakitnya. Cara penyembuhan penyakit beroreintasi kepada kepercayaan leluhur.
            Ada panambaan yang memiliki keahlian dalam beberapa bidang pengobatan, tapi ada pula yang hanya mampu mengobati satu jenis penyakit saja, diantaranya seperti kapidaraan, kasurupan, pulasit, gigilaan dan jenis penyakit lainnya.
            Karena sifat gotong royong yang tinggi pada masyarakat Banjar pedesaan, maka profesi sebagai panambaan lebih sebagai pekerjaan sosial. Yaitu dalam memberikan pertolongan kepada pasein tidak pernah menentukan upah, pemberian upah hanya bersifat sukarela, baik dalam bentuk barang ataupun lainnya, yang diserahkan saat pamit pulang” ujarnya.
            Lanjut Syarifuddin “apabila ada panambaan yang menentukan upah untuk mengobati pasien, dalam masyarakat Banjar dianggap sebagai dukun, ini adalah konotasi yang jelek. Karena panambaan sesungguhnya lebih mementingkan aspek pertolongan terhadap upaya penembuhan penyakit tanpa mengharap imbalan jasa.
            Keahlian tukang tamba ada yang diwarisi secara turun temurun, ada pula dengan cara belajar tanpa ada keterkaitan darah atau generasi keturunan. Pada zaman dahulu, banyak orang yang mempelajari ilmu pengobatan seperti ini, karena sering tulak madam (bepergian jauh keluar daerah), sehingga mereka harus membekali diri dengan bermacam ilmu pengobatan agar dapat mengobati penyakit yang mengganggu kesehatannya sendiri.
            Bisa pula ilmu pengobatan tersebut di dapat dalam pengalaman hidup di daerah lain pada saat bepergian. Maka seringkali di temui kesamaan pengobatan antara satu daerah dengan daerah lainnya.
            Baik itu pengobatan tradisional ataupun keinginan mempelajari ilmu kesehatan agar bisa mengobati penyakit, terutama untuk diri sendiri. kemudian bila digunakan untuk orang lain tanpa mengharap imbalan adalah cerminan kearifan sifat sosial masyarakat Banjar dulu” ulasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar