Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Minggu, 25 Desember 2011

110311-jumat(sabtu)-sistem kekerabatan urang banjar (Dm.140311)


Photo: Gusti Jamhar Akbar

Sistem Kekerabatan Masyarakat Banjar

BANJARMASIN – Generasi muda Banjar dewasa ini, sedikit yang mengetahui bagaimana sistem kekerabatan keluarga dan bagaimana penyebutannya dalam masyarakat Banjar. Seperti sistem kekerabatan umumnya, masyarakat Banjar mengenal istilah-istilah tertentu sebagai panggilan dalam keluarga
Gusti Jamhar Akbar, seniman tua yang tersisa dari Palamutan yang ada di Banjarmasin, beberapa waktu yang lalu mengatakan “anak muda sekarang banyak yang tidak tahu bagaimana sistem kekerabatan.
Bagi orang Banjar sistem kekerabatan Banjar adalah sebuah bentuk adab (sopan santun) dan penghormatan bagi seseorang dalam keluarga sesuai tingkatannya.
Dimulai dari keturunan yang paling muda, yaitu disebut Intah/ Muning, kemudian Buyut, lalu Cucu, Anak (ada Kaka/ kakak dan Ading/ adik), Abah/ ayah dan Uma/ ibu, Kai/ kakek dan Nini/ nenek, Datu, Sanggah, hingga leluhur yang paling tua di sebut Waring.
Panggilan untuk saudara dari ayah atau ibu, saudara tertua disebut Julak, saudara kedua disebut Gulu, saudara berikutnya disebut Tuha. Saudara tengah dari ayah dan ibu disebut Angah, dan yang lainnya biasa disebut Pakacil (paman) dan Makacil (bibi), sedangkan yang termuda disebut Busu. Untuk memanggil saudara dari kai dan nini sama saja, begitu pula untuk saudara datu” ujarnya.
Kemudian lanjut Jamhar “sebutan lain dalam keluarga yaitu  minantu (suami/ isteri dari anak), pawarangan (ayah/ ibu dari minantu),  mintuha (ayah/ ibu dari suami/ isteri), mintuha lambung (saudara mintuha), sabungkut (orang yang satu Datu), mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu), kamanakan (anaknya kakak/ adik), sapupu sakali (anak mamarina), sapupu duakali (cucu dari mamarina), maruai (isteri sama isteri bersaudara), ipar (saudara dari isteri / suami), panjulaknya (saudara tertua), pambusunya (saudara terkecil), badangsanak (saudara kandung).
Sedangkan untuk menghormati atau memanggil yang lebih tua digunakan kata pian, dan kata ulun untuk menunjuk diri sendiri. Untuk menyahut panggilan menggunakan kata pun” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar