Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 30 Desember 2011

120511-kamis(jumat)-pedagang di jalur hijau ps lama (Dm. di Headline hal.1)

Photo: mb/ara

KOPIAH – Hj Rohana satu-satunya pedagang kopiah yang tersisa di sepanjang jalur hijau Pasar Lama

ARANG – Rudi salah satu pedagang arang di sepanjang jalur hijau Pasar Lama yang akan tergusur

TERGUSUR SETELAH PULUHAN TAHUN BERDAGANG

BANJARMASIN – Puluhan tahun berdagang, terpaksa harus pindah demi keindahan dan program jalur hijau kota.
            Hj Rohana (80) satu-satunya pedagang kopiah yang tersisa di sepanjang jalur hijau Pasar Lama, pada Kamis (12/5) siang menuturkan “kami berjualan disini sudah puluhan tahun, dari ibu sampai kakek, seingatku dari zaman Jepang masuk ke Banjarmasin.
Kakek berasal dari Amuntai, tapi aku sendiri lahir di sini (Banjarmasin.red). Dulu disini ada tiga toko yang menjual kopiah, semuanya dari keluarga kami. Kopiah yang dibuat kakek mereknya Ikan Mas yang meneruskan membuatnya saudaraku. Sedangkan kopiah yang aku buat dengan suamiku mereknya Al Kausar yang juga jadi nama toko ini.
Selain kopiah hitam polos yang dibuat sendiri ada juga kopiah hitam bersulam didatangkan dari Jawa. Kopiah lain seperti kopiah haji ada yang dari Barikin, Barabai, dan Amuntai. Kalau kopiah jangang dari Margasari. Biasanya ada yang mengantar kemari setengah bulan sekali” ujarnya.
            Nenek yang punya lebih dari 10 cucu dan 4 buyut ini, kembali melanjutkan ceritanya “modal membuat satu kopiah hitam polos yang kami buat sekitar Rp50 ribu, dijual kurang lebih Rp100 ribu. Dalam sebulan kadang-kadang ada 4 sampai 5 orang yang memesan, baik untuk dipakai sendiri maupun untuk dijual. Pembuatannya dikerjakan sendiri, satu hari bisa menyelesaikan 2 sampai 3 kopiah. Semuanya dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga, biasanya dibantu oleh anakku yang perempuan.
Terkadang ada pejabat atau pegawai negeri yang memesan langsung kopiah disini, biasanya kopiah dari kain beludru hitam, namun sekarang kain beludrunya sudah susah dicari di Banjarmasin, terpaksa menggunakan kain hitam yang biasa.
Selain itu ada juga yang memesan topi untuk penganten (laung). Mengenai harga jual, memang disini lebih murah, karena membuat sendiri atau kopiah lain yang diantar kesini langsung dari pembuatnya” katanya.
Mengungkap ganti rugi tanah dan bangunan, Rohana mengatakan “tempat kami dihargai Rp114 juta. Tapi ada juga toko lain yang disebelah di hargai Rp 115 juta, karena kondisi bangunannya lebih baik.
Dalam 3 atau 4 hari ini mungkin sudah pindah, memang kami mencari tempat yang juga letaknya dipinggir jalan, agar pelanggan mudah mencarinya. Ada satu tempat di Sungai Mesa, harga tokonya sekitar Rp 300 juta, saat ini masih dalam tahap negoisasi.
Alternatif tempat lain, ada di Sungai Andai, tapi kan terlalu jauh kedalam. Kemudian ada juga di tempat anakku di Banua Anyar. Kalau terlalu jauh, kasihan pelanggan mendatangi.
Sangat banyak suka duka tinggal disini, puluhan tahun bersama keluarga. Kalau pindah sudah jelas, dalam waktu 2 sampai 3 bulan akan sepi pembeli atau pemesan” ungkap Hj Rohana.
            Dilain pihak, salah satu pedagang arang di sepanjang jalur hijau Pasar Lama, Rudi (41) atau yang biasa dipanggil Acang Pasar Lama, menuturkan “dulu sekitar 1967 orang tuaku berdagang kelontongan disini, kemudian 1970 beralih berdagang arang.
            Kami mengambil arang di Pelaihari, dengan jenis arang dari kayu Halaban, kayu Akasia dan kayu Galam. Sebulan omset penjualan arang sekitar 25 ton dengan keuntungan bersih sekitar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta.
            Awalnya disini pasar sajumput, lalu Dinas Pasar membangun toko, kami menebus harga toko waktu itu Rp 40 ribu. Sedangkan sewa tanah dari 65 rupiah, sampai sekarang Rp 225 ribu per bulan.
Bagi yang berjualan disini, bila hak sewa dapat penggantian dari Rp 24 juta sampai Rp 35 juta, tergantung kondisi bangunan. Tapi kalau yang punya sertifikat tanah dan lain-lain tentunya harganya lain lagi.
Rasanya memang berat meninggalkan usahan disini, karena usaha disini adalah peninggalan dari orang tua” pungkas Rudi. ara/mb07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar