Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Minggu, 25 Desember 2011

160211-rabu(kamis)-kalayangan1 (Dm.190211)


Photo: mb/ara
LAYANG-LAYANG - Tidak hanya disuka anak-anak, bahkan orang dewasa pun suka juga memainkannya. Tapi tidak semua orang bisa memainkan layang-layang, karena perlu keahlian dalam mengendalikannya mengikuti tiupan angin

SEJARAH LAYANG-LAYANG

BANJARMASIN – Beberapa minggu ini langit di kota Banjarmasin tampak ramai, anak-anak yang mendongakkan kepala menatap layang-layang. Sementara beberapa anak dengan gulungan benang ditangan, terlihat asik mengendalikan layang-layang yang dipermainkan hembusan angin.
            Sudah kita ketahui, bahwa layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dari banyak sumber menyebutkan selain untuk permainan, layang-layang juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, bahkan menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi
Layang-layang memang adalah permainan tua karena diperkirakan sudah ada sejak ribuan tahun silam. Abad ke-5 SM, Archytas ilmuwan Yunani ini dipercaya sebagai orang pertama yang menemukan layangan. Namun catatan populer menyebut Cina sebagai negeri asal layang-layang sekitar 3000 SM.
Penggunaan untuk ilmu pengetahuan, diketahui pada 1749 ilmuwan Skotlandia menggunakannya untuk percobaan dengan menggantungkan termometer di ujung layang-layang untuk mengukur suhu awan.
Bukti arkeologis juga menguatkan bahwa Indonesia mempunyai jejak muasal layang-layang. Gua Liang Kabori yang terletak di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, menjadi bukti bahwa sejarah layang-layang di Tanah Air sudah begitu tua. Bukti itu diperkuat dengan bertebarannya relief di dinding gua yang menggambarkan orang yang sedang menerbangkan layang-layang.
Menurut Ahou, pemuda yang mempunyai percampuran darah Tionghoa dari ibu dan dari bapak Banjar ini pada Selasa (15/2) sore, sambil memperhatikan anak-anak yang bermain layang-layang, ia menuturkan ”waktu kecil aku suka sekali main layang-layang, tapi layang-layang tidak hanya disuka anak-anak, bahkan orang dewasa pun suka juga memainkannya. Tapi tidak semua orang bisa memainkan layang-layang, karena perlu keahlian dalam mengendalikannya mengikuti tiupan angin.
Di China layang-layang disebut rajawali kertas, selain sebagai permainan, pada abad pertengahan China pernah membuat layang-layang untuk tujuan militer, antara lain untuk mengintai musuh dan mengukur jarak keberadaan musuh. Di Korea, ritual menerbangkan layang-layang yang ditulisi nama dan tanggal lahir seorang bayi selalu dilaksanakan setiap tahun. Tradisi itu dimaksudkan agar si anak selamat sampai hari tua” ujar Ahou.
Dilain pihak, Mukhlis Maman mengatakan “walau layang-layang adalah permainan yang sudah mendunia, tapi setiap Negara ataupun daerah di Nusantara mempunya ciri khas nama dan bentuknya sendiri. Permainan layang-layang di Kalsel di sebut bakalayangan.
Ada kalayangan yang khusus untuk di adu antar sesama kalayangan, dengan menggunakan benang yang tajam, Dalam bahasa daerah Banjar di sebut bategangan atau basuntingan. Ada pula jenis kalayangan yang lebih besar dengan panjang dan lebar bisa mencapai satu meter atau lebih, ini disebut kalayangan dandang” ungkap Mukhlis. ara/mb05.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar