Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

180711-senin(selasa)-TB.PKBSS-musik alahai (Dm.230711)

Photo: mb/ara
TERKESAN - Perpaduan irama musik keroncong melayu dan lagu berbahasa Bugis, yang dipersembahkan oleh musik alahai cukup membuat penonton terhibur dan terkesan

Alahai Tradisi Musik Suku Bajau

BANJARMASIN – Banyaknya suku-suku yang ada di Kalsel, menyebabkan terjadi percampuran seni dan budaya masyarakatnya. Seni tradisi dari suatu suku memperkaya seni tradisi dari suku lainnya.   Tidak terkecuali dengan seni musik suku Bajau (Bajo) yang dinamakan alahai.
            Mukhtar yang sudah berumur lebih dari setengah abad, sebagai tetua rombongan pemusik Alahai suku Bajau, pada Jumat malam (15/7) yang lalu, sebelum tampil di panggung terbuka dalam Pekan Kemilau Banua Seribu Sungai (PKBSS) Taman Budaya (TB) Kalsel, dengan logat suku Bajau, kepada Mata Banua mengatakan “kata alahai sebenarnya tidak mempunyai yang khusus.
            Ceritanya, pada zaman dulu di suatu malam ada salah seorang dari suku kami (Bajau) yang sedang menyanyikan lagu dalam bahasa Bajau sambil memetik alat musik, lalu ada orang yang mendengar, dan orang yang mendengar tersebut terhanyut dalam irama lagu yang dibawakan, sehingga ia berkata alahai. Semenjak itu dinamakan musik itu dengan panggilan musik alahai.
            Akar dari musik alahai adalah sebuah alat musik asli suku Bajau yang disebut tung tung, yang terbuat dari bambu yang mempunyai tali senar juga dari kulit bambu, dan apabila dipukul kedua ujung bambu tersebut, mengeluarkan bunyi “tung-tung” ujarnya.
            Mukhtar mengakui bahwa sedikit sekali orang Bajau yang bisa memainkan alat musik tung tung, bahkan untuk membuat alat musiknya saja sangat sulit.
            Karena perkembangan zaman, musik alahai di padukan dengan alat musik tradisi Banjar seperti musik panting, gambus dan alat musik modern lainnya. Beberapa lagu dibawakan dengan bahasa Bugis, dan adapula yang dibawakan dengan bahasa Banjar.
            Secara bahasa, alahai  bisa disamakan dengan sebuah ungkapan rasa kagum, yang dalam ungkapapan kagum bahasa Banjar biasanya mengatakan “umai”. Bunyi “tung-tung” sebagai dasar dari musik alahai sendiri digantikan dengan gitar listrik bas.
            Sebagian, penonton yang menyaksikan penampilan musik alahai, juga menyayangkan karena tidak dihadirkannya alat musik tung tung dalam pagelarannya malam tersebut. Tetapi perpaduan irama musik keroncong melayu dan lagu berbahasa Bugis, serta bunyi tung-tung dalam petikan gitar listrik bas yang dipersembahkan cukup membuat penonton terhibur dan terkesan. ara/mb05
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar