Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

180711-senin(selasa)-TB.PKBSS-suku bajau

Photo: mb/ara

SEUSAI - Bupati kabupaten Kotabaru, menyalami grup tari rombongan Kotabaru, seusai menyaksikan Festival Tari Se-Kalsel, pada Sabtu (16/7) malam

NADA - Salah satu anggota pemusik Alahai, mengatur nada alat musik gambus yang akan digunakan dalam penampilan rombongan musik dari suku Bajau

Tradisi Budaya Kehidupan Suku Bajau

BANJARMASIN – Dilihat dari latar belakang sejarah suku-suku yang ada di Kalsel, terdapat dua suku yang telah ada semenjak zaman prasejarah, yaitu suku Dayak dan suku Bajau (Bajo). Kalau suku Dayak berkembang di daerah pinggiran sungai dan pegunungan Kalsel, sementara suku Bajau berkembang di daerah pesisir pantai dan kepulauan yang ada di Kalsel.
            Kehadiran rombongan pemusik dari suku Bajau yang membawakan musik Alahai di Pekan Kemilau Banua Seribu Sungai (PKBSS) Taman Budaya (TB) Kalsel, pada Jumat malam 15 Juli yang lalu, membuat Mata Banua mencari tahu lebih banyak tentang suku Bajau yang di sebut sebagai suku pelaut ini.
            Dari berbagai sumber menyebutkan, bahwa suku Bajau adalah suku bangsa yang tanah asalnya dari Kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Suku ini merupakan suku nomaden yang hidup di atas laut, sehingga disebut gipsi laut.
            Suku Bajau di Kalimantan diperkirakan bermigrasi dari arah utara (Filipina) pada zaman prasejarah. Suku Bajau yang Muslim merupakan gelombang terakhir migrasi dari arah utara Kalimantan, yang memasuki pesisir Kaltim hingga Kalsel, dan menduduki pulau-pulau sekitarnya, lebih dahulu daripada kedatangan suku-suku Muslim dari rumpun Bugis yaitu suku Bugis, suku Makassar, suku Mandar.
            Suku ini merupakan kelompok masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi, yang kehidupan umum-nya berlangsung di laut, bahkan lahir-pun di laut. Sebagian masyarakat suku Bajau, masih ada yang mempertahankan tradisi kehidupan nenek moyangnya di laut, yaitu bertempat tinggal di atas perahu kecil bersama istri, anak-anak serta anggota keluarga lainnya.
            Sebagai suku pelaut ulung yang hidup mati-nya di laut, dan mampu menyelam di laut dalam jangka waktu lama tanpa alat bantu sama sekali. Suku Bajau yang ada di kabupaten Kotabaru disebut orang Bajau Rampa Kapis
            Mukhtar yang sudah berumur lebih dari setengah abad, sebagai tetua rombongan pemusik Alahai suku Bajau, pada Jumat malam (15/7) mengatakan “orang Bajau percaya bahwa laut itu berpenghuni, di sana ada semua ciptaan Tuhan, sehingga orang Bajau selalu berhati-hati kalau turun ke laut. Mereka juga menempatkan unsur api, angin, tanah, dan air sebagai nilai sakral tinggi. Keempat unsur ini merupakan cerminan empat unsur penting lainnya, yaitu tubuh, hati, nyawa, dan manusia”.
            Menurut pemerhati budaya Mukhlis Maman beberapa waktu yang lalu, mengatakan “secara umum apapun suku yang ada di tanah Lambung Mangkurat, yang lahir dan mengakui dirinya sebagai bagian dari Kalsel, disebut sebagai orang Banjar”.
            Begitu pula penjelasan Bupati Kotabaru Drs Irhami Ridjani MM, mengenai suku Bajau dan tentang musik Alahai, saat dicegat Mata Banua dipintu keluar sebelah kiri Gedung Balairung Sari TB, sekitar pukul 23.00 Wita, seusai menyaksikan Festival Tari Se-Kalsel, pada Sabtu (16/7) malam yang lalu.
            “Suku Bajau sudah ada di kabupaten Kotabaru semenjak zaman prasejarah, perkembangan dari musik suku Bajau dinamakan musik Alahai, yang terus berkembang hingga sekarang di tengah masyarakat kami.
            Pemerintah kabupaten Kotabaru sendiri, terus berusaha mengembangkan dan mendukung semua kesenian tradisional yang ada di kabupaten Kotabaru, termasuk kesenian dan tradisi suku Bajau” pungkasnya. ara/mb05
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar