Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 30 Desember 2011

200511-jumat(sabtu)-Ancaman Sawit benyamine.2


Photo: mb/ara
SIKAP – Diskusi seniman, sastrawan dan pemerhati sosial di warung seniman Banjarbaru menyikapi kebijakan pemerintah

Sikapi Kebijakan Perkebunan Kelapa Sawit Dari Warung Seniman

BANJARBARU – Perkebunan besar kelapa sawit sedang menjadi primadona kabupaten-kabupaten di Kalsel sebagai bukti adanya investasi yang masuk. Dilain pihak perubahan bentang alam yang cukup luas dan peralihan pungsi terhadap lahan rawa, berakibat perubahan tata air, yang sering menimbulkan banjir pada musim hujan tapi juga kekeringan pada musim kemarau.
Warung Seniman Kedai Kopi Nusantara (WSKKN), di sudut Minggu Raya seberang Lapangan Dr Murjani Banjarbaru memang selain menjadi tempat bersantai, sekaligus menjadi wadah berdiskusi bagi para seniman, sastrawan maupun pemerhati sosial di Banjarbaru, dalam menyikapi sebuah kebijakan pemerintah.
Salah satu pemerhati sosial masyarakat HE Benyamine, kembali menyatakan ke khawatirannya kepada Mata Banua, akan dampak ekspansi perkebunan kelapa sawit di lahan rawa.
Menurut Benyamine, beberapa waktu yang lalu di WSKKN, pada awal Mei mengatakan “penanggulangan kebanjiran memerlukan penanganan yang terintegrasi secara bersama antara daerah kabupaten dan provinsi. Karena permasalahan ini lebih tepat didekati dengan mengkaji kembali pemanfaatan lahan rawa, sebagai satu kesatuan dengan sungai untuk perkebunan besar kelapa sawit dan lintas wilayah administrasi.
Apalagi, masalah pencemaran dari perkebunan besar kelapa sawit di lahan rawa, dapat dengan mudah melewati batas administrasi, dan juga begitu banyak berhubungan dengan mata pencaharian warga masyarakat, yang masih bergantung dengan produktivitas dari lahan rawa dan sungai.
 Perkebunan besar kelapa sawit sedang menjadi primadona kabupaten-kabupaten di Kalsel, sebagai bukti adanya investasi yang masuk, yang dilakukan masing-masing kabupaten, tanpa memperhatikan keterkaitannya dengan wilayah lainnya” ujarnya.
Benyamine melanjutkan “lahan rawa yang terhubung dengan sungai-sungai, menjadi sasaran dari perkebunan besar sawit dalam menanamkan investasinya, yang menjadikan lahan rawa yang kaya dan keragaman hayati tinggi, hanya diarahkan menghasilkan satu produk sawit.
Kalsel harus mulai memperhatikan dampak dari perkebunan besar kelapa sawit yang masif dan ekspansif, selain konflik dengan warga masyarakat, juga kerusakan lingkungan hidup, khususnya ekosistem rawa dan sungai yang merupakan bagian penting dari kehidupan warga banua.
Oleh karena itu, masuknya investasi perkebunan besar sawit perlu juga memperhatikan pengetahuan lokal, yang sebenarnya ramah dalam pemanfaatan lahan rawa, dan adanya koordinasi antara daerah-daerah dan provinsi, yang lebih memandang lahan rawa sebagai bagian penting dari kehidupan warga masyarakat selama ini, yang menyediakan berbagai produk dalam memenuhi kebutuhan mereka” katanya.
Benyamine menegaskan “ancaman perkebunan besar kelapa sawit terhadap lahan rawa perlu diwaspadai, karena ekosistem lahan rawa dan sungai begitu mudah rusak, yang melebihi batas administrasi di mana perusahaan tersebut berada, yang dengan mudah menuju tragedi kehidupan. Perubahan bentang alam yang cukup luas, akan menuai banjir dikala musim hujan, kekeringan di musim kemarau dan pencemaran yang meracuni ekosistim hayati” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar