Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 30 Desember 2011

200511-jumat(sabtu)-pedagang arang tergusur (Dm.080411.di Ekonomi & Bisnis hal.9)

Photo: mb/ara
ARANG – Rudi pedagang arang di sepanjang jalur hijau Pasar Lama yang tergusur

Lima Juta Perbulan Dari Menjual Arang

BANJARMASIN – Apabila sudah lama berjualan pada satu tempat, sudah dikenal luas dan diketahui pelangan. Kemudian pindah ketempat lain, tentunya akan mempengaruhi omset penjualan.
            Sebelum sebagian toko yang berada di Jalur Hijau Pasar Lama Laut di bongkar, Mata Banua sempat berbincang dengan pedagang yang ada di sana. Salah satunya adalah Rudi (41) atau yang biasa dipanggil Acang Pasar Lama.
Rudi adalah pedagang arang, tokonya tepat di samping jembatan Pasar Lama. Pada Kamis (12/5) siang yang lalu, ia menuturkan “dulu sekitar 1967 orang tuaku berdagang kelontongan disini, kemudian 1970 beralih berdagang arang. Setelah orang tua meninggal, aku dan dua orang saudaraku melanjutkan usaha ini.
Seingatku, awalnya disini pasar sajumput, lalu Dinas Pasar membangun toko, kami menebus harga toko waktu itu Rp 40 ribu. Sedangkan sewa tanah dari 65 rupiah, sampai sekarang Rp 225 ribu per bulan.
Bagi yang berjualan disini, bila hak sewa dapat penggantian dari Rp 24 juta sampai Rp 35 juta, tergantung kondisi bangunan. Tapi kalau yang punya sertifikat tanah dan lain-lain tentunya harganya lain lagi” ujarnya menceritakan sejarah awal mula keluarganya berjualan di Pasar Lama Laut.
            Lanjutnya “kami mengambil arang di Pelaihari, dengan jenis arang dari kayu Halaban, kayu Akasia dan kayu Galam. Sebulan omset penjualan arang sekitar 25 ton dengan keuntungan bersih sekitar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta.
Rasanya memang berat meninggalkan usahan disini, karena usaha disini adalah peninggalan dari orang tua, dan tentunya dalam beberapa bulan kedepan omset penjualan akan menurun, karena banyak pelanggan yang belum mengetahui toko yang baru” pungkas Rudi. ara/mb06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar