Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 23 Desember 2011

271210-senin(selasa)-bahasa banjar1(301210)

PERLU DI BUAT BUKU KHUSUS TATA BAHASA BANJAR

BANJARMASIN – Pengetahuan tentang bahasa daerah sendiri adalah menjadi kewajiban masyarakat Banjar. Namun hingga saat ini belum ada suatu buku yang secara khusus membahas mengenai tata bahasa Banjar secara lengkap dan mendetail, yang bisa menjadi pedoman bagi pengajaran bahasa muatan lokal di sekolah-sekolah.
Drs Mukhlis Maman, Pemerhati Budaya Banjar yang sering diminta menjadi pembicara untuk budaya Banjar, juga merasa prihatin dengan tidak adanya buku acuan khusus mengenai tata bahasa Banjar, sehingga pengajaran disekolah tidak bisa maksimal dan mendalam.
Pada Senin (27/12) sore, ia menuturkan dengan Mata Banua, mengenai apa yang diketahuinya tentang bahasa Banjar. Katanya “bahasa Banjar merupakan sebuah bahasa Austronesia yang dipertuturkan di Kalimantan Selatan, maka bahasa Banjar adalah anak cabang dari Bahasa Melayu. Asal bahasa ini berada di propinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas Banjar Kandangan, Amuntai, Alabio, Kalua, Alai dan lain-lain.
Selain di Kalimantan Selatan, bahasa Banjar juga menjadi bahasa percakapan di daerah lainnya, yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur,juga digunakan di daerah kabupaten Indragiri Hilir, Riau, dimana bahasa ini dipakai sebagai bahasa penghubung antar suku” ujarnya.
Lanjutnya “bahasa Banjar banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa dan bahasa-bahasa Dayak. Bahasa Banjar terdiri atas dua kelompok dialek yaitu; bahasa Banjar Hulu dan bahasa Banjar Kuala.
Bahasa Banjar Hulu merupakan dialek asli yang dipakai di wilayah Banua Enam, meliputi kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong.
Dialek Bahasa Banjar Kuala yaitu meliputi Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut, serta kota Banjarmasin dan Banjarbaru. Pemakaiannya meluas hingga wilayah pesisir bagian tenggara Kalimantan yaitu kabupaten Tanah Bumbu dan Kota Baru sampai ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah” katanya.
Menurut Mukhlis “bahasa Banjar Kuala dituturkan dengan logat datar tanpa intonasi tertentu, jadi berbeda dengan bahasa Banjar Hulu dengan logat yang kental (ba-ilun). Pemakai bahasa Melayu Banjar lebih banyak daripada jumlah suku Banjar itu sendiri. Pemakaian bahasa Melayu Banjar dalam percakapan dan pergaulan sehari-hari di daerah ini lebih dominan dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
Berbagai suku di Kalimantan Selatan dan sekitarnya berusaha menguasai bahasa Banjar, sehingga dapat pula kita jumpai bahasa Banjar yang diucapkan dengan logat Jawa atau Madura yang masih terasa kental seperti yang kita jumpai di kota Banjarmasin” pungkas Mukhlis Maman. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar