Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

280911-rabu(kamis)-jejak sastra islam di kalsel.1 (Dm.300911)

Penulisan Karya Sastra Islam Pertama Di Kalsel

BANJARMASIN – Beberapa sumber menyebutkan, semenjak Islam masuk di Kalsel, budaya tulis menulis mulai di kenal luas dalam masyarakat pada masa itu.
Ada dua tulisan yang digunakan, pertama tulisan dalam bahasa Arab, atau yang di sebut masyarakat dengan Arab Gundul. Tulisan ini hanya terbatas pada ulama dan santri yang bisa memahaminya. Arab Gundul dipergunakan dalam penulisan kitab-kitab ilmu agama Islam, yang kebanyakan dikarang oleh ulama dari Timur Tengah.
Disebut Arab Gundul karena tidak mempunyai baris, sehingga untuk bisa membacanya, diperlukan ilmu grammar bahasa Arab, seperti ilmu shorof dan ilmu nahwu.
Ilmu shorof adalah ilmu yang mempelajari kaidah pembentukan dan perubahan kata, sebelum kata tersebut masuk ke dalam kalimat, dan pembentukan dan perubahan kata, serta umumnya di awal dan tengah kata. Sedangkan ilmu nahwu, mempelajari kata setelah kata tersebut masuk ke dalam kalimat, dan hukum akhir kata.
Kedua, tulisan yang disebut dengan Arab Melayu, yaitu menggunakan huruf arab, tetapi dalam ejaan bahasa melayu. Tulisan Arab Melayu inilah yang lebih luas di kenal masyarakat, hingga lapisan yang paling terendah.
Walaupun telah ada budaya tulis menulis, tetapi untuk melacak jejak penulisan sastra Kalsel tidaklah mudah, karena menurut Sainul Hermawan, selaku kritikus sastra Kalsel,  bahwa yang lebih dominan di tanah Banjar ini adalah budaya sastra lisan, katanya pada Rabu (21/9) siang.
Dilain pihak, Tajuddin Noor Ganie MPd menceritakan penelitian yang dilakukannya, untuk mencari penulisan karya sastra Islam yang pertama.
“Sebelum tahun 1526, agama Islam sudah dipeluk oleh sebagian kecil warga Kerajaan Negara Daha yang berideologi Hindu. Pada masa ini, Islam hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain seperti Hindu, Budha, dan Kaharingan.
Pasca runtuhnya Kerajaan Negara Daha, pada 24 September 1526, Sultan Suriansyah memproklamirkan berdirinya Kerajaan Banjar, yang berideologi Islam. Maka, proses Islamisasi di wilayah Selatan pulau Kalimantan, oleh para da’i menjadi semakin leluasa, disertai dengan
Semenjak itu, nilai-nilai spritualitas Islam langsung menjadi sumber inspirasi utama, dalam proses kreatif penulisan karya sastra oleh para sastrawan. Yang kemudian disebut-sebut sebagai genre/jenis sastra Islam.
Rekam jejak sastra Islam pada masa-masa Kerajaan Banjar dimulai dengan beredarnya Syair Saraba Ampat, karangan Datu Sanggul, yang hidup pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I (1745-1778)” ulas Tajuddin.
Sebagian bait dari Syair Saraba Ampat, yaitu Allah jadikan saraba ampat/ Syariat tharikat hakikat marifat/ Menjadi satu di dalam khalwat/ Rasa nyaman tiada tersurat// Huruf ALLAH ampat banyaknya/ Alif i’tibar daripada Zat-Nya/ Lam awal dan akhirat sifat dari Asma-Nya/ Ha isyarat dari Af’al-Nya// dan seterusnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar