Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

290911-kamis(jumat)-teater anak (Dm.011011 di Berita kaki hal.1)

Photo: mb/ara
MENARIK - Teater anak sangat jarang ditampilkan di Banjarmasin, padahal dengan kepolosan dan keluguannya di atas panggung, menjadi menarik untuk disaksikan

Mencari Generasi Dalam Teater Anak
Catatan Yang Terlewat Dalam Beberapa Pagelaran Teater

Berapa sekolah dasar yang ada di kota Banjarmasin? Adakah di sana generasi cilik teater? Bisakah di sana di tanam bibit teater anak? Ini semua hanya sebagian pertanyaan, dari banyak tanda tanya lain untuk generasi teater anak.

SATU bulan lagi Taman Budaya (TB) Kalsel, akan menyelenggarakan Lomba Teaterikal Puisi, pendaftaran sudah di mulai semenjak beberapa hari yang lalu, dan pendaftaran di tutup pada 21 Oktober 2011. Lombanya sendiri di laksanakan pada 29 Oktober 2011.
            Dalam satu tahun sekitar 99,9 persen dominasi pagelaran teater di kota Banjarmasin umumnya, dan Taman Budaya (TB) Kalsel khusunya, adalah dari kalangan dewasa dan remaja. Entah dalam bentuk lomba, festival ataupun pagelaran biasa. Sedangkan untuk pagelaran teater anak hanya 0,1 persen, atau tidak ada sama sekali.
            Sebagai bahan evaluasi pementasan teater di 2011 ini, seperti pementasan teater yang pernah di laksanakan, dalam beberapa bulan terakhir TB Kalsel. Masih segar di ingatan, pada 25 sd 26 Juni 2011 ada Parade Teater yang dilaksanakan oleh oleh Bina Anak Nusantara (bana). Kelompok teater yang berpartisifasi dalam parade ini antara lain, sangar Halilintar, sanggar Taqdif, Sanggar Tititan Berantai, sanggar TGA, sangar Wasi Putih, Teater Banyu, Sanggar Telinga, Sanggar Sampan, Annahal Oeganizer, Espass Teater, Teater WOW dan Sanggar Budaya. Yang kesemuanya adalah penampilan teater remaja atau dewasa.
            Pada 7 sd 16 Juli 2011 ada Pekan Kemilau Banua Seribu Sungai (PKBSS). Beragam pagelaran seni budaya di suguhkan. Tidak ketinggalan pementasan teater, antara lain, penampilan teater dewasa, seperti teater monolog, lalu Sanggar Budaya yang akan menampilkan Perang Banjar, tetapi batal dilaksanakan dan diganti naskahnya dengan Lawan Catur. Kemudian, Halilintar Perang Banjar dari Dapur Teater Sendra Tasik Unlam, dan Galuh dari La Bastari Kandangan.
Untuk penampilan teater remaja dimainkan oleh Pawaris Karantika Junior dengan judul naskan Engken Barajut. Juga ada beberapa penampilan teater tradisi, seperti Topeng Carita dan Mamanda.
Masih dalam agenda PKBSS, satu-satunya penampilan teater anak,pada Rabu 13 Juli 2011, kembali dimainkan oleh Pawaris Karantika Junior. Walaupun cerita yang disuguhkan sangat sederhana, hanya menceritakan bagaimana keceriaan anak-anak saat bermain, tapi penampilan teater anak yang langka ini, telah menyita perhatian semua penonton yang hadir.
Seusai Gelar Seni Budaya PKBSS, masih ada lagi pementasan teater dari Sanggar Anam Banua, dengan judul naskah Pakaian dan Kepalsuan, dimainkan pada 27 Juli 2011.
           
Perubahan Suasana Dalam Teater Anak
            Dhani salah satu penonton yang telah menyaksikan beberapa penampilan teater dalam PKBSS berkomentar.
“Setelah melihat beberapa penampilan teater yang beraliran realis, dengan kesan alur yang monoton dan mudah di tebak jalan ceritanya, aku rasa hanya pada penampilan Teater Anak ada perubahan suasana.
            Naskah yang mereka mainkan (dalam teater dewasa dan remaja) juga sudah sering dipentaskan, sehingga penonton sudah tahu bagaimana jalannya cerita. Kontekstual pembawaan naskah, tanpa ada penafsiran atau perubahan, membuat jalan cerita semakin biasa-biasa saja, apalagi minimalis efek suara ataupun cahaya.
            Kesan yang di dapat setelah menyaksikan penampilan seperti itu, adalah terhentinya sebuah kreatifitas dalam berkreasi. Hal ini yang menyebabkan penonton menjadi sepi. Lebih jauh bukan berarti tidak ada penyebab, kalau sebuah penampilan itu berkualitas yang dalam artian mempunyai suasana yang baru, tentunya akan menarik untuk dilihat.
Setiap sanggar harus mengkoreksi pementasannya, jangan hanya asal tampil, apalagi dengan menggunakan naskah yang sudah sering dimainkan, kalau sudah begini jangan salahkan penonton yang sedikit
            Pada penampilan teater anak, yang memang sangat jarang ditampilkan, kepolosan dan keluguan yang dibawakan, dengan cerita yang sederhana, menjadi menarik untuk disaksikan” ujar alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini.
            Sementara itu, menurut Drs H Noor Hidayat Sultan, Kepala TB Kalsel, dengan adanya penampilan teater anak ini, memberikan suatu harapan baru bagi perkembangan seni teater kita, akan adanya generasi penerus dalam dunia seni di Banjarmasin, dan Kalsel umumnya. ara/mb02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar