Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 30 Desember 2011

300511-senin(selasa)-ngaben (Dm. di Headline hal.1)


Photo: syarif

Ngaben Pertama Di Kecamatan Wana Raya Batola

BATOLA - Ngaben adalah upacara pembakaran mayat atau kremasi umat Hindu di Indonesia. Acara Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenasah kepada kehidupan mendatang.
Jenasah diletakkan selayaknya sedang tidur, dan keluarga yang ditinggalkan akan senantiasa beranggapan demikian (tertidur). Tidak ada airmata, karena jenasah secara sementara waktu tidak ada dan akan menjalani reinkarnasa atau menemukan pengistirahatan terakhir di Moksha (bebas dari roda kematian dan reinkarnasi).
            Mata Banua berkesempatan menyaksikan prosesi ritual ngaben yang dilaksanakan pertama kali oleh desa Dwipa Sari, kecamatan Wanaraya, kabupaten Batola, pada Senin (30/5). Ritual ngaben juga dihadiri oleh Camat Wanaraya, Sunarno beserta staf kecamatan, warga desa Dwipa Sari maupun desa sekitarnya, serta warga muslim yang ikut menyaksikan.
            Menurut penuturan kepala desa, Inyoman Kajeng, “desa Dwipa Sari ada 131 kepala keluarga, 29 kepala keluarga diantaranya muslim dan sisanya adalah umat Hindu Bali. Ini adalah pertama kali di desa kami mengadakan ngaben. Biasanya ngaben dilakukan bersama-sama atau dengan beberapa kepala keluarga, sebab biayanya yang sangat mahal.
Tapi karena yang meninggal ini adalah Pinandita I Wayan Reza (51) yaitu tokoh agama Hindu di sini, maka sebagai penghormatan atas status derajatnya, dari pihak keluarga dan warga di sini saling tolong menolong menyelenggarakan ngaben. Pinandita sama dengan Pendeta, sama-sama untuk memimpin ritual keagamaan, tetapi tingkatannya lebih rendah, katanya menjelaskan.
            Ketua PHDI Basarang, Wayan Sindra menambahkan “pada hari ini, acara ngaben di pimpin oleh pandita Sri Rsi Yasa Subrata dari Kapuas. Tubuh jenasah diletakkan di dalam wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan kertas dan di iringi dengan patung lembu. Bentuk lembu atau vihara dibawa ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi ini tidak berjalan pada satu jalan lurus. Hal ini guna mengacaukan roh jahat dan menjauhkannya dari jenasah.
Puncak acara Ngaben adalah pembakaran keseluruhan struktur (Lembu atau vihara yang terbuat dari kayu dan kertas), berserta dengan jenasah. Api dibutuhkan untuk membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi.
Ngaben tidak senantiasa dilakukan dengan segera. Untuk anggota kasta yang tinggi, sangatlah wajar untuk melakukan ritual ini dalam waktu 3 hari. Tetapi untuk anggota kasta yang rendah, jenasah terlebih dahulu dikuburkan dan kemudian, biasanya dalam acara kelompok untuk suatu kampung, dikremasikan.
Upacara ngaben dianggap sangat penting, ramai dan semarak, karena dengan pengabenan itu keluarga dapat membebaskan arwah orang yang meninggal dari ikatan-ikatan duniawinya menuju sorga, atau menjelma kembali ke dunia melalui rienkarnasi” pungkasnya. ara/mb02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar