Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

210911-rabu(kamis)-PR ASK

PR Masalah Dari Aruh Sastra

BANJARMASIN - Aruh Sastra Kalsel (ASK) VIII di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) sudah usai, tetapi menyisakan pekerjaan rumah (PR) masalah, yang kian bertumpuk bagi aruh selanjutnya, dimuali dari perhelatan sastra Kalsel pertama ini.
            Dari data yang dikumpulkan Mata Banua, yaitu:
            ASK I 2004 di Kandangan, ASK II 2005 di Tanah Bumbu, ASK III 2006 di Kotabaru, ASK IV 2007 di Amuntai, ASK V 2008 di Balangan, ASK 2009 VI di Batola, ASK VII 2010 di Tanjung, dan ASK VIII  2011 di Barabai.
Berdasarkan rekomendasi rapat pleno ASK VII di Barabai, telah diputuskan bahwa giliran selanjutnya pelaksanaan ASK IX adalah  kota Banjarmasin, yang menjadi ibu kota provinsi.
Sudah pasti semua mata seniman dan sastrawan daerah, akan tertuju pada Banjarmasin, dan daerah berikutnya sebagai pelaksana ASK setelah Banjarmasin, turut menatap persiapan ibu kota provinsi ini. Setelah Banjarmasin, menyusul sebagai tempat pelaksanaan ASK X 2013 di Banjarbaru dan ASK XI 2014 di Pelaihari.
Sementara daerah lain yang masih belum bersedia dan siap menjadi pelaksana, hanya diam tanpa kepastian. Begitu pula dengan kabupaten Banjar yang mempunyai kesultanan Banjar, yang menyatakan diri sebagai pengayom seni budaya, juga tidak ada kabar beritanya.
Banyak sastrawan yang di mintai informasi, enggan berkomentar. Terutama seputar PR masalah yang terjadi, sebelum ASK di laksanakan pada suatu daerah, maupun sesudah dilaksanakan. Sebagian yang berkomentarpun, meminta untuk namanya dirahasiakan.
Sebagaian masalah yang terungkap:
ASK IV, tidak memprogramkan pembuatan antologi penyair Kalsel. Ini sempat menjadi perdebatan diantara sastrawan waktu itu, walau hanya secara kelompok-kelompok kecil, tanpa terekpos keluar.
ASK V, dengan kerancuan penetapan kategore pemenang. Apakah dengan sekian terbaik tanpa ada peringkat, atau dengan peringkat satu, dua, dan tiga. Pada saat pembagian hadiah, sempat menjadi polemik yang cukup panas diantara peserta, tapi ini juga hanya menjadi pembicaraan warung kopi.
ASK VI, adanya perseteruan antara panitia pelaksana, dan sastrawan yang merasa tidak kebagian jatah, dalam mempersiapkan aruh. Menyebabkan adanya aruh tandingan di Banjarmasin.
ASK VII, insiden kecil pengamanan bupati yang sangat agresif, saat bupati menghadirinya. Sehinga ketika salah satu peserta dari Kandangan yang dengan sepontan naik kepanggung, hanya untuk mengucapkan selamat atas terselenggaranya aruh sastra, di geledah dan diintrogasi seperti penjahat, oleh keamanan bupati.
Sementara panitia, yang sebenarnya kenal baik dengan seniman yang sepontan tersebut, hanya diam saja. Tanpa ada tindakan untuk menengahi dan menjelaskan bahwa tujuan si seniman adalah baik, dan tidak bermaksud jahat.
Kemudian, insiden peserta apresiasi seni dari Kotabaru yang kesal karena pada saat tampil, tidak ada satupun yang menonton. Gonzales pemimpin rombongan apresiasi seni dari Kotabaru, sempat berkata pada Mata Banua yang juga berhadir pada saat itu “kami jauh-jauh datang dari Kotabaru, dan latihan sudah berbulan-bulan, tapi saat tampil hanya di saksikan oleh makhluk gaib. Bagaimana ini kinerja panitia dalam memobilisir dan menyiapkan penonton” ujarnya.
ASK VIII, terbongkarnya kasus plagiat yang malah memenangkan lomba cipta puisi. Selanjutnya ASK IX “Taman Budaya siap menjadi tempat pagelaran sastra” kata Kepala Taman Budaya Kalsel, DRS H Norhidayat Sultan, pada Selasa (20/9) siang, tanpa mau memberi saran atau komentar lebih jauh, mengenai persiapan aruh agar menjadi lebih baik, karena tidak mau mencampuri wewenang pemerintah kota, instansi terkait dan sastrawannya yang akan menjadi panitia. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar