Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 30 Desember 2011

240511-selasa(rabu)-Uniska jumat membara


Photo: mb/ara
TRAGEDI – BEM Fisip Unlam Banjarmasin peringati tragedi Jumat kelabu, di waktu yang sama mahasiswa Uniska Banjarmasin peringati tragedi Uniska Membara

Dua Tragedi Ditanggal Yang Sama

BANJARMASIN – Dua tragedi pada tanggal yang sama, tapi berbeda tahun. Pada 23 Mei 1997 tragedi Jumat kelabu Banjarmasin, kerusuhan berdarah beraroma politis, yang menimbulkan banyak korban nyawa dan harta benda. Kemudian pada 23 Mei 1999, Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary di Banjarmasin, terbakar.
            Senin 23 Mei 2011 selepas Magrib, BEM Fisip Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin memperingati tragedi Jumat kelabu, di bundaran Lambung Mangkurat. Dilain pihak di halaman Uniska Banjarmasin, dalam waktu yang sama Sanggar Titian Berantai Uniska Banjarmasin, melakukan aksi teaterikal untuk memperingati terbakarnya kampus Uniska.
            Aksi teaterikal dimulai dari lantai 3 Uniska. Semua lampu yang akan dilalui peserta teaterikal di matikan. Di iringi tetabuhan gong, dan hanya diterangi obor, setapak demi setapak ruangan dilalui, satu persatu tangga dituruni, hingga peserta teaterikal sampai di halaman kampus.
            Dengan melingkar, mengelilingi api unggun sebagai simbol Uniska. Di balut tarian dan mimik wajah perih, yang menggambarkan kepedihan hati mengenang tragedi Uniska membara, kehilangan kampus yang menjadi tempat menimba ilmu.
            M Agus Humaidi, Ketua BEM PT Uniska, menjelaskan “pada 23 Mei 1999, sekitar pukul 23.00 wita, suasananya sangat tenang. Ada 23 orang aktivis dari berbagai kampus, yang berkumpul untuk membicarakan peringatan Jumat kelabu 23 Mei 1997.
            Isyu yang akan diusung dalam rapat tersebut, adalah meminta pemerintah daerah untuk mengusut kejadian Jumat kelabu. Setelah beberapa jam rapat berlangsung dan tinggal menetapkan rute dan tempat aksi, kemudian dari luar ruangan pertemuan terdengar teriakan api (kebakaran). Rapat langsung bubar, properti aksi dibiarkan tergeletak, termasuk catatan yang akan menjadi agenda.
            Setelah di cari, tidak ada kebakaran. Para aktivis kembali berkumpul untuk melanjutkan rapat. Tetapi agenda yang tadi ditinggalkan di ruang rapat, telah hilang. beberapa properti aksi dan sepanduk, juga rusak dan robek.
Tiba-tiba, kembali terdengar teriakan kebakaran, ternyata di selatan di mana Uniska berdiri telah menjadi kobaran api” ujarnya.
            Wahyudi mahasiswa Fisip Uniska semester II, menambahkan “ada hal yang aneh dalam kebakaran tersebut. Menurut hasil penyelidikan aparat keamanan api berkobar dari lantai tiga di ruangan perpustakaan, dan penyebab dari kebakaran adalah konsleting listrik.
            Sedangkan malam itu, sebelum Uniska membara, sedang mati lampu dan masih belum menyala hingga terjadinya kebakaran. Jadi bagaimana mungkin bisa terjadi konsleting listrik. Sungguh, ini adalah rekayasa kronologis kejadian yang di buat-buat.
            Maka malam ini (Senin) di tanggal yang sama pada 12 tahun yang lalu, kami kembali memperingati kejadian tersebut, dan menggaungkan pertanyaan, Uniska terbakar atau di bakar?” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar